JawaPos.com – Sejumlah peserta Program Guru Penggerak (PGP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) optimistis bakal mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Program pelatihan selama sembilan bulan ini dinilai menjadi bekal berharga untuk menjalankan berbagai inovasi di bidang pendidikan dan pengajaran.
I Ketut Budi, Plt. Kepala Sekolah Dasar Negeri 26 Pemecutan Kota Denpasar, menjelaskan di antara yang spesial dari PGP adalah materi untuk mendorong para guru menciptakan program yang berdampak dan berorientasi murid.
“Kami juga diajarkan tentang diferensiasi yang memandang murid sebagai individu unik dan berbeda dengan keragaman karakteristiknya,” ujar Budi yang merupakan lulusan PGP Angkatan I kepada media, Kamis (10/3).
Menurut Budi, PGP sangat relevan dengan kebutuhan pendidikan Indonesia saat ini. Melalui program ini, paradigma dan pola pikir guru dipertajam agar mengakar pada filosofi Ki Hajar Dewantara yakni pendidikan dan pengajaran yang berorientasi murid. Tiga modul dalam program ini mengarahkan pada penciptaan murid berkualitas secara holistik yang bukan hanya berdasarkan kemampuan akademik.
Sebagai contoh, sebelumnya prestasi murid hanya diukur dari nilai ujian nasional. Adapun anak-anak berprestasi seni, olahraga, dan lainnya cenderung terabaikan. Melalui metode diferensiasi, guru didorong menghargai perbedaan potensi murid. “Murid akan tumbuh menjadi potensi-potensi yang sangat berbakat di bidang masing-masing, sehingga ke depan diharapkan mereka akan menjadi individu yang saling menghargai keberagaman yang kami ajarkan,” terang Budi.
Selain soal diferensiasi murid, PGP juga dinilai mampu mendorong para guru meningkatkan keterampilan, salah satunya adaptasi terhadap teknologi. Di tengah cara pengajaran yang berubah total akibat pandemi Covid-19, guru-guru diajarkan berbagai platform aplikasi untuk membantu proses belajar mengajar secara daring.
Sebagai kepala sekolah, Budi berjanji bakal menerapkan beberapa perubahan di tempatnya. Pertama, sekolahnya bakal menerapkan metode diferensiasi dimana para guru berupaya mengembangkan kemampuan murid sesuai keunggulannya. Kedua, pola kepemimpinan yang mendorong budaya positif, iklim kerja yang kondusif, pendekatan persuasif terhadap seseorang dengan teknik coaching, serta keterampilan sosial emosional.
Budi mengakui percepatan transformasi pendidikan akan lebih mudah dicapai oleh guru-guru yang memiliki niat bergerak, mau belajar dan mau berbagi. Budi optimistis para guru penggerak yang konsisten akan mampu menjadi bagian dari proses transformasi pendidikan. Apalagi, para peserta program ini juga dipersiapkan sebagai calon kepala sekolah yang adalah pemimpin perubahan di bidang pendidikan.
Hal senada juga disampaikan lulusan PGP Angkatan I dari Polewali Mandar, Sulawesi Barat Erniwati. Kepala Sekolah Dasar Negeri 23 Dara ini optimistis PGP akan mendongkrak kualitas pendidikan. Menurut dia, PGP tidak hanya mengajarkan teori, namun juga berbagai praktik baik yang dapat diterapkan di sekolah.
Dia menjelaskan, PGP mengajarkan para pesertanya untuk mampu menguasai berbagai teknik mengajar serta memetakan seluruh aset di sekolah yang mampu dikolaborasikan. Beberapa perubahan yang sedang dilakukan di sekolahnya adalah pemetaan bakat dan minat siswa. Dari sanalah proses pengembangan murid akan dimulai sesuai dengan diferensiasinya. “Kami merasa walaupun program ini sudah selesai tetapi justru perjuangan baru akan dimulai,” tegas Erniwati.
Sama halnya dengan Budi, ia juga menyarankan para guru bergabung dengan PGP Angkatan 7 yang sebentar lagi dibuka. Menurut dia, selain dapat membantu karir, program ini mendorong kemampuan diri para guru agar mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada.