JawaPos.com – Pemerintah terus berupaya menjaga optimisme atas momentum pemulihan ekonomi Indonesia yang pada tahun lalu berhasil tumbuh positif agar dapat terus dilanjutkan di tahun ini. Pasalnya, terdapat sejumlah tantangan yang muncul untuk pemulihan ekonomi ini.
Adapun, tantangan utama yang muncul saat ini berasal dari penyebaran Covid-19 varian Omicron, inflasi, normalisasi kebijakan moneter Bank Sentral, disrupsi rantai pasokan, serta yang terbaru adalah adanya ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang mendorong gejolak kenaikan harga komoditas energi, pangan, dan mineral.
Melihat tantangan tersebut, pemerintah pun mendorong agar sektor swasta dapat terlibat berinvestasi untuk mendorong pembangunan berkelanjutan. Terutama di tengah momen Presidensi G20 Indonesia yang tengah berlangsung, di mana agenda utamanya berfokus pada tiga hal, yakni arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi digital, dan transisi energi.
“Berkaitan dengan transisi energi, energi baru dan terbarukan menjadi sangat relevan,” ucap Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Jumat (11/3).
Dalam mewujudkan langkah transformatif tersebut, Indonesia tengah mengkaji mekanisme pembiayaan yang tepat. Hal ini tentunya perlu dibarengi dengan upaya mendorong investasi di bidang renewable energy yang saat ini tengah dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia, antara lain hydropower dan solar.
“Termasuk upaya untuk mengenalkan teknologi carbon capture and storage,” imbuh Airlangga.
Pemerintah juga melakukan penerbitan green sukuk yang bertujuan untuk memperluas basis investasi yang bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial, sembari mendorong pertumbuhan jangka panjang berkelanjutan yang akan menguntungkan perusahaan dan investor.
Sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo, transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan merupakan tanggung jawab besar, sekaligus memberikan peluang besar. Potensi di sektor energi terbarukan harus diikuti dengan skenario dan peta jalan yang jelas, termasuk dalam hal pendanaan dan investasi.
Karena itu, seluruh elemen diharapkan dapat segera mempersiapkan infrastruktur, perangkat dan instrumen yang lebih baik di tahun 2022, khususnya terkait dengan green economy.
“Dengan kerja sama dan partisipasi aktif dari seluruh pihak, kita dapat mempercepat pemulihan ekonomi dan investasi di bidang green dan blue economy, serta mendorong SDG’s dalam rangka mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,” tutup Airlangga.