JawaPos.com – ”Ini dahsyat! Aku masih syok. Kemenangan fenomenal!!! UEFA mengira bisa menghukum Real Madrid karena keterlibatan di Liga Super Eropa, tetapi mereka malah kalah.”
Begitulah cuitan center Philadelphia 76ers Joel Embiid yang sekaligus fans Real setelah klub berjuluk Los Merengues itu mengalahkan Paris Saint-Germain 3-1 dalam second leg 16 besar Liga Champions kemarin (10/3).
Kemenangan di Estadio Santiago Bernabeu itu membuat Real lolos ke perempat final dengan agregat 3-2.
Kemenangan yang membuktikan bahwa misi Presiden Real Florentino Perez membuat Liga Super Eropa tidak berbanding lurus dengan semangat Karim Benzema dkk untuk tetap berprestasi di Liga Champions.
Kompetisi antarklub paling prestisius di Eropa tersebut telah 13 kali dimenangi Real.
Perez merupakan salah satu pionir Liga Super Eropa bersama Presiden Juventus Andrea Agnelli dan Presiden FC Barcelona Joan Laporta.
Pekan lalu mereka bertiga menyuarakan bahwa ide menghidupkan Liga Super Eropa belum mati. ”UEFA adalah monopoli. Anda hanya akan mendapatkan 120–130 juta euro dari UEFA jika juara (Liga Champions, Red).
Tetapi, dengan Liga Super Eropa, keuntungan akan jauh lebih banyak,” kata Perez yang berulang tahun ke-75 pada 8 Maret lalu kepada El Chiringuito.
”Liga Super Eropa bukan untuk (klub) yang kaya, tapi untuk menyelamatkan sepak bola. Dengan sistem yang ada, sepak bola akan hilang dan pada 2024 (klub) akan mati,” imbuh Perez.
Ya, tahun lalu, persisnya pada 18 April 2021, 12 klub elite Eropa menyuarakan bergulirnya Liga Super Eropa. Namun, rencana membuat kompetisi tandingan Liga Champions itu berantakan setelah satu per satu klub menarik diri karena menerima pertentangan dari fans sampai otoritas di liga domestik masing-masing.
Di antara 12 klub elite tersebut, PSG tidak termasuk dan tetap sebagai pendukung utama Liga Champions.
UEFA yang geram atas ide Liga Super Eropa sempat mengancam akan memberikan sanksi bagi Real sebagai salah satu pionir.
Pada kenyataannya, sampai saat ini, Los Merengues tidak pernah dihukum Konfederasi Sepak Bola Eropa tersebut. ”Harus diakui, nama besar Real merupakan magnet Liga Champions dan UEFA malah bisa merugi kalau kehilangan Real,” ulas Sport Bible.
Sejak musim 1997–1998 atau ketika meraih juara, Real tidak pernah absen di Liga Champions, bahkan selalu lolos ke fase knockout. Tidak ada klub lain yang sekonsisten Real.
”Malam ini (kemarin, Red) adalah bukti magis stadion (Estadio Santiago Bernabeu, Red) dan klub yang punya sejarah hebat. Saya memiliki banyak pertandingan di Liga Champions dan hanya sedikit yang seperti malam ini,” tutur entrenador Real Carlo Ancelotti kepada Marca.
”Semoga itu (fakta bahwa Real merupakan klub tersukses Liga Champions, Red) tidak akan dilupakan,” lanjut mantan pelatih PSG itu.