JawaPos.com–Pada 2019, Jawa Timur (Jatim) memiliki 344 desa yang masuk kategori tertinggal. Angka itu terus menurun. Pada 2020 terjadi penurunan drastis kategori desa tertinggal. Dari 334 desa menjadi 3 desa yang masuk kategori tertinggal.

Pada 2021 berdasar Indeks Desa Membangun, Jatim dinyatakan bebas desa tertinggal oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) RI.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, melakukan beberapa cara untuk menurunkan jumlah desa tertinggal. Di antaranya menghadirkan 128 narasumber dari perguruan tinggi perguruan tinggi untuk melakukan focus group discussion (FGD) secara maraton.

”Tujuannya, untuk memberikan referensi dan sumbangsih pemikiran dalam rangka pengentasan kemiskinan di Jatim,” ujar Khofifah.

Berdasar data Keputusan Dirjen Pembangunan Desa dan Pedesaan Nomor 398.4.1 Tahun 2021, Jatim memiliki 7.724 desa. Sebanyak 697 desa merupakan desa mandiri, 3.283 desa maju, dan 3.742 desa berkembang.

”Kami memerlukan program pendampingan intensif. Untuk membawa 3.742 desa berkembang menjadi desa maju hingga mandiri,” terang Gubernur Khofifah dalam acara pelantikan dan Pengukuhan Pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Jatim Masa Bhakti 2021–2026 di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Sabtu (5/3).

Khofifah mengatakan, di tengah pandemi Covid-19, Jatim menjadi provinsi yang berkontribusi tertinggi dalam penurunan kemiskinan. Dengan total kontribusi Jatim yakni 30 persen atau setara dengan 313.000 dari kemiskinan nasional.

”Ini menjadikan dalam 10 tahun terakhir penurunan kemiskinan perdesaan di Jatim mencatat angka penurunan tertinggi yakni sebesar 1,37 persen,” kata Khofifah.

Sementara itu, berdasar data BPS 2020, Jatim menjadi produsen gabah kering giling (GKG) terbesar nasional yakni 9,94 juta ton. Prestasi tersebut berhasil dipertahankan hingga 2021.

Data sementara BPS 2021 mengungkapkan, Jatim masih mempertahankan posisi sebagai produsen beras tertinggi secara nasional. Total sebanyak 9,908 juta ton GKG dihasilkan.

Khofifah mengungkapkan, Jatim membutuhkan pengembangan alsintan untuk mengurangi loses dan broken beras guna meningkatkan kuantitas maupun kualitas beras agar mencapai standar premium.

Khofifah mengajak ICMI untuk menjadi bagian dalam mewujudkan swasembada daging. Hal itu didasari data BPS 2021, Jatim menjadi produsen sapi perah dan sapi potong terbesar di Indonesia. Yakni masing-masing 295.100 ekor sapi perah dan 4,83 juta ekor sapi potong.

”Di Jatim ada Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) yang merupakan UPT Kementan di Malang yang memberikan percepatan budidaya hewan ternak. Kita bisa swadaya daging sapi. Karena teknologinya sederhana. Saya rasa ICMI bisa masuk dalam lini ini juga,” papar Khofifah.

Khofifah juga telah mengajak 9 gubernur yang memiliki kondisi wilayah dan kultur peternak sapi untuk mengirimkan tim yang bisa belajar di BBIB.  ”Saya yakin ICMI bisa memberikan segi ilmu dari para pakar yang ada di dalamnya,” ucap Khofifah.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Organisasi dan Kerja Sama Antarlembaga ICMI Pusat Priyo Budi Santoso mengungkapkan, peran sebagai cendekiawan telah terbukti ampuh terhadap sebuah peradaban di berbagai daerah. Sebab, ide dan kerja intelektual berkontribusi positif bagi pembangunan. ”Secara ideal cendekiawan adalah simbol kekuatan nurani, solidaritas, dan menjaga gerbong moral dan bangsa. Posisi kita harus memberikan kontribusi intelektual kepada lingkungan sekitar di manapun kita berada,” terang Priyo Budi Santoso.

By admin