WYNNE Prakusya merupakan salah seorang petenis yang dikenal karena prestasinya. Misalnya, di Asian Games 2002 dia meraih medali emas pada nomor beregu putri dan ganda putri bersama Angelique Widjaja. Wynne pun mendapat julukan salah seorang Ratu Tenis Indonesia. Tapi karena cedera, atlet kelahiran Solo, 26 April 1981, itu harus pensiun di usia yang relatif masih muda. Wynne yang kini berkarier sebagai pelatih berbincang dengan Jawa Pos tentang kiprahnya sekarang.
—
Halo, apa kabar Bu Wynne?
Puji Tuhan, saya baik-baik ini.
Sebelum menyatakan pensiun, Bu Wynne masih sempat ikut SEA Games 2007 di Thailand. Bagaimana kisahnya saat itu?
Sebenarnya, saya pensiun pada 2006. Tapi, 2007 itu saya masih main di SEA Games 2007, SEA Games terakhir saya sejak 1997. Sebenarnya, saya sudah cedera dan jarang latihan. Tapi, pada saat itu kan harus ada pemain senior. Saya di situ dapat perak. Itu satu-satunya saya gagal dapat emas di SEA Games. Sedangkan di 2005 dapat tiga emas dan satu perak.
Termasuk pensiun saat usia masih sangat potensial, apakah sempat ada kekecewaan?
Pasti sih. Saat itu saya down ya. Cedera yang saya alami itu bukan sekali dua kali dan itu sudah ketiga kali. Dokter meminta operasi. Kalau tidak, nggak bisa balik karena posisi cedera saya sangat parah. Dokter meminta operasi dan mengisyaratkan peluang 50:50. Kalau berhasil, oke. Tapi kalau gagal, saya tidak bisa main tenis lagi ataupun olahraga. Jadi, saya putuskan untuk berhenti. Otomatis pas berhenti, tulang saya mulai membaik. Sebelumnya memburuk dan bisa lumpuh setengah badan. Jadi, memang separah itu.
Waktu itu, cederanya di bagian mana saja?
Yang paling parah bagian pinggang. Itu masalah utamanya. Karena itu, saya kalau mau servis atau smes tidak bisa. Sedangkan permainan tenis kan dimulai dari servis.
Gelar Anda hampir komplet sehingga dijuluki salah seorang Ratu Tenis Indonesia. Apa saja kejuaraan yang paling berkesan?
Banyak ya. Membawa nama Indonesia di setiap multievent adalah sesuatu yang tidak pernah bisa saya lupakan. Bisa main di ajang sebesar grand slam juga pengalaman yang tidak terlupakan. Setiap momen mempunyai kenangan tersendiri.
Selain itu?
Kalau boleh saya bilang di grand slam paling berkesan selain Australia Open meraih finalis junior. Juga mungkin di Wimbledon tahun 2002 ya. Bagi saya, unik sekali. Pas masuk Wimbledon itu rasanya lain daripada grand slam yang lain. Karena mungkin yang tertua. Terus, waktu kecil juga saya selalu melihat Monica Niculescu dan Steffi Graff di Wimbledon ini. Jadi bagi saya, masuk di Wimbledon sesuatu banget. Hasil saya di Wimbledon ganda dan mix double paling bagus masuk di ronde ketiga.
Sekarang apa saja kesibukan Bu Wynne setelah pensiun jadi atlet?
Sebelumnya, saya melanjutkan sekolah di Singapura selama tiga tahun pada jurusan bisnis manajemen di Management Development Institute of Singapore (MDIS). Dan menetap di sana sebelum akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke Indonesia lagi. Saat ini saya mempunyai sekolah tenis sendiri. Nama klubnya West Tennis Academy.
Anda juga berada di kepengurusan PP Pelti di bagian humas dan pimpinan di West Tennis Academy. Bagaimana membagi waktunya?
Ya sejak pandemi ini, jabatan saya sebagai humas Pelti agak susah. Karena kesibukan saya dengan melatih anak-anak di akademi saya.
Dari dua posisi itu, apa saja keinginan sejak awal?
Saya ingin mengenalkan tenis kepada anak-anak di usia muda. Bahwa tenis adalah olahraga yang sangat menyenangkan, berguna, dan anak-anak bisa mempunyai kelebihan di mana pun mereka berada di kemudian hari. Tenis olahraga yang sangat populer sejak pandemi ini. Saya juga ingin melihat anak-anak berkembang dan bisa berprestasi ke depannya. Bisa ngikutin jejak saya maupun Aldila Sutjiadi saat ini.
Bagaimana Anda melihat petenis Indonesia saat ini? Apa saja kekurangan dari para pemain yang Anda lihat?
Saat ini melihat Aldila bertanding ke luar terus. Itu yang memang harus dilakukan untuk menjadi pemain profesional. Tapi, tentu modal yang perlu dikeluarkan tidak sedikit.
Oh iya, dari dua anak Anda, apa ada yang berminat meneruskan menjadi petenis?
Kebetulan anak saya yang pertama (Ethan Jake Frans, 9 tahun) ingin menjadi atlet. Kalau yang kedua (Elwyn Jax Frans, 3 tahun) masih terlalu kecil ya. Tapi, yang pasti keduanya suka sekali dengan tenis.
Apa sudah menyiapkan jalan atau rencana jangka panjang bagi mereka?
Jalan hidup yang anak-anak saya akan hadapin kurang lebih mirip dengan jalan hidup saya. Jika mereka memutuskan untuk menjadi seorang atlet, siap tidak siap, saya harus siap untuk ini.
Anda sudah merantau di usia 9 tahun. Artinya, sekarang sudah siap buat melepas anak ke luar negeri?
Saya rasa siap atau tidak siap, itu yang akan dia jalani. Dia ingin seperti saya. Meski tidak siap pun, saya juga tidak boleh egois. Jadi, saya harus support dia.
Sudah ada negara yang ingin dituju sang anak?
Sebenarnya, seharusnya mulai ke luar ya. Tapi karena pandemi ini, kan susah ya. Kita harap tahun depan bisa traveling karena dia harus ke luar. Kalau hanya di Indonesia, mungkin sudah merasa bagus. Tapi kalau di Eropa, kan banyak pesaingnya.
Animo tenis sekarang mulai tumbuh. Dua hari ini dari Davis Cup banyak penonton?
Iya, betul ya. Kita harap dunia terus membaik.
KARIER RATU TENIS INDONESIA WYNNE PRAKUSYA
– Kelahiran Solo, 26 April 1981.
– Menyukai tenis sejak usia 9 tahun. Pada usia itu, dia dikirim ke Jakarta dari Solo.
– Berguru ke Eropa pada usia 12 tahun. Setelah dua tahun di Ceko, dia kemudian ke Florida, Amerika Serikat.
– Pensiun jadi atlet setelah SEA Games 2007 atau pada usia 26 tahun karena cedera.
Turnamen
– Tampil di Australia Open 1998 untuk kelas junior tenis nomor tunggal putri. Dia meraih runner-up.
– Tanding di dua Olimpiade, yakni Sydney 2000 dan Athena 2004.
– Di Asian Games 2002 meraih medali emas di nomor beregu putri dan ganda putri bersama Angelique Widjaja.
– Atlet di enam SEA Games sejak 1997–2007. Prestasi paling bagus saat SEA Games 2005 dengan meraih satu emas di nomor tunggal putri, ganda putri, dan beregu serta perak di ganda campuran.
Gelar
Dua gelar WTA nomor ganda putri
Sembilan gelar ITF nomor tunggal
17 gelar ITF nomor ganda putri