JawaPos.com – Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sukamta mengharapkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat langkah nyata menghadapi ancaman krisis pangan. Terlebih, Presiden Jokowi telah menyatakan adanya indikasi harga-harga barang akan naik, sehingga rakyat harus bersiap-siap.
“Presiden Jokowi seharusnya membuat langkah strategis menghadapi kenaikan harga-harga bahan pangan, tak cukup hanya dengan mengingatkan dan mewanti-wanti rakyat,” kata Sukamta kepada wartawan, Minggu (6/3).
Sukamta menyebut, harga minyak goreng kini sudah melambung sebulan terakhir, namun langkah pemerintah tidak strategis. Menurutnya, Pemerintah tidak berani menekan perusahaan minyak goreng untuk menurunkan harga.
“Jika demikian, ketakutan dan kepanikan yang akan tercipta di masyarakat. Presiden harus bisa menciptakan ketenangan,” tegas Sukamta.
Selain itu, harga kebutuhan pokok seperti gula, daging, kedelai, beras mengalami peningkatan harga dalam sepekan terakhir. Menurutnya, Presiden Jokowi beralasan bahwa faktor kelangkaan kontainer, energi dan perang yang menjadi penyebab kenaikan harga.
Sukamta, yang juga Wakil Ketua Fraksi PKS ini mengkritisi pernyataan Presiden Jokowi ini dalam kerangka ketahanan negara.
“Faktor-faktor kenaikan harga bahan pokok tadi merupakan faktor eksternal. Bisa terjadi kapan saja. Seharusnya pemerintah membangun kedaulatan pangan yang berasal dari sumber daya alam Indonesia, bukan bergantung pada impor. Selama pangan bergantung kepada negara lain maka ketahanan negara kita akan selalu lemah,” beber Sukamta.
Dia menegaskan, Indonesia tidak bisa selalu bergantung pada impor, apalagi dalam kondisi krisis dunia seperti ini. Dia menyebut, jumlah pangan semakin terbatas, bisa berbahaya bagi ketahanan negara.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam kurun waktu Januari hingga Agustus 2021 saja, Indonesia telah mengimpor lebih dari 15 juta ton bahan pokok senilai USD 8,37 miliar atau kurang lebih setara dengan Rp 118,9 triliun.
“Negara-negara produsen tentu lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dalam negerinya sebelum ekspor. Pun jika mengekspor, harganya menjadi sangat mahal,” papar Sukamta.