JawaPos.com – Ada harapan besar bagi pelaku usaha ketika pemerintah melakukan uji coba bebas karantina di Bali untuk pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Pelaku usaha berharap ekonomi di Pulau Dewata itu kembali menggeliat.
Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran berharap tingkat okupansi hotel dan restoran naik. Setidaknya mencapai 50 persen.
Untuk Bali, kata Maulana Yusran, sektor pariwisata lebih dominan dikontribusi oleh wisatawan mancanegara (wisman). Tingkat okupansi hotel oleh wisman saja hingga mencapai 70 persen.
Menurut dia, dengan dibukanya pembatasan itu, okupansi hotel dan restoran akan mengalami perbaikan. Diprediksi kenaikan okupansi hingga 50 persen.
“Yang tadinya itu rata-rata sekitar 20-30 persen, sekarang kita proyeksikan itu bisa tumbuh 45 sampai 50 persen hingga akhir tahun. Kita tidak bisa mengandalkan wisatawan domestik saja karena kontribusi 70 persen (wisman) itu,” jelas Maulana Yusran ketika dihubungi JawaPos.com, Minggu (6/3).
Dampak ekonomi dari bebas karantina diyakini tidak hanya dirasakan Bali semata. Wilayah sekitar pun mendapat imbasnya, seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) yang juga akan melaksanakan event internasional MotoGP 2022 Mandalika per 18-20 Maret mendatang.
“Ini juga akan menjadi suatu angin segar bagi wilayah sekitarnya yang hidup dari wisman yang masuk ke Bali. Contoh NTB. Di sana itu ada 3 gili (Trawangan, Meno, dan Air) kan, dampak terhadap wisman itu sangat besar, dengan adanya ini, dapat menghidupkan 3 gili itu dan kedepannya ada harapan untuk tumbuh kembali,” terangnya.
Pihak PHRI berharap kebijakan itu menambah confident para pelaku usaha untuk bangkit dari keterpurukan selama periode pandemi Covid-19. Pemerintah diharapkan dapat membuka kawasan lain untuk bebas karantina.
“Sektor pariwisata itu butuh kepastian, karena dalam proses mendatangkan wisman itu kan ada suatu proses tersendiri yang membutuhkan waktu, sehingga dengan adanya konsistensi dari regulasi ke arah yang melonggarkan ini berjalan dengan baik,” tutup Yusran.