JawaPos.com – Awal musim merupakan waktu yang tepat bagi para pembalap satelit dan rookie untuk unjuk gigi.
Saat pengembangan motor di tim pabrikan belum terlalu banyak, plus data yang terkumpul dari balapan masih sangat minimal, kekuatan motor tahun lama (setahun lebih tua dari rider pabrikan) untuk bertarung dengan motor baru bisa dikatakan masih setara.
Bahkan, seringkali performa motor lama lebih baik dari motor edisi terbaru.
Karena motor tahun lalu merupakan motor yang sudah dikembangkan sepanjang satu tahun penuh.
Aroma tersebut sudah terasa sejak dua kali tes pramusim di Sepang dan Mandalika. Rider pabrikan Ducati Jack Miller terlihat ragu-ragu ketika ditanya wartawan di Mandalika: apakah Desmosedici GP 22 (edisi terbaru) lebih baik dari GP 21 (edisi tahun lalu) ?
”Ya…sedikit lebih baik,” begitu ucapnya.
Tren tersebut juga berlanjut ke sesi kualifikasi GP Qatar tadi malam. Dua rider tim satelit menguasai front row.
Jorge Martin (Pramac Ducati) sukses merebut pole position perdana musim ini di Lusail. Meski mengendarai motor terbaru GP 22 tentu saja dukungan dari pabrikan tidak sebesar yang diberikan kepada rider tim utama Ducati Francesco Bagnaia dan Jack Miller.
Martin mendapatkan keistimewaan menggunakan motor terbaru tahun ini karena prestasinya sepanjang musim rookie-nya tahun lalu. Yakni meraih satu kemenangan dan 3 podium. Itu saat dia menggunakan motor berumur setahun.
Pada kualifikasi tadi malam, dia membukukan 1 menit 53,011 detik untuk mengamankan pole pertamanya musim ini. Atau pole kelima sepanjang karirnya yang masih belum genap dua tahun di MotoGP.
Tahun lalu saja dia sudah mengumpulkan empat pole di musim rookie-nya. ”Kami akan menjadi kandidat (pemenang di Qatar) tapi kami butuh sesuatu yang lain untuk bisa meraih kemenangan,” ucap Martin.
Di grid start kedua ada rider Gresini Ducati Enea Bastianini. Dia menunggangi GP 21 untuk musim ini. Catatan waktunya hanya terpaut +0,147 detik dari Martin.
Ini juga tahun kedua bagi Bastianini di MotoGP. Tahun lalu, dia juga tampil hebat dengan meraih dua podium setelah finis ketiga di dua balapan di Misano. Juga dengan motor yang setahun lebih tua.
Menggenapi baris start terdepan adalah Marc Marquez (Repsol Honda) yang sedang merajut jalan kembali ke performa terbaiknya setelah didera berbagai cedera.
Menurut manajer baru tim Suzuki Ecstar Livio Suppo regulasi yang dibuat Dorna dalam 20 tahun terakhir membuat persaingan antar rider di MotoGP tidak terlalu jomplang. Atau bahkan setara.
”Contoh kubikasi mesin yang tidak berubah cukup lama yakni 1000 cc sangat membantu tim-tim yang tidak memiliki bujet besar untuk terus berkembang dengan biaya relatif kecil,”
”Kemudian, fakta bahwa saat ini tim pabrikan tidak bisa jor-joran mengeluarkan dana untuk mengembangkan elektronik juga sangat berpengaruh. Karena MotoGP menerapkan ECU tunggal untuk semua motor,” terang Suppo.
”Di F1, tim dengan uang yang lebih banyak memiliki kemungkinan lebih besar untuk menang. Di MotoGP, puji Tuhan, sampai saat tidak seperti itu. Semuanya bisa terjadi dan antar pembalap hanya ada sedikit gap,”
”Level persaingan antar pembalap dan motor sangat tipis. Artinya, pabrikan besar seperti Honda dan tim dengan bujet terkecil seperti Aprilia masih bisa bersaing. Dan itu sangat bagus untuk olahraga ini,” tandasnya.
Tentu saja sulit tetap sulit bagi rider-rider satelit untuk menjuarai MotoGP bersaing dengan rider-rider pabrikan utama di akhir musim.
Kali terakhir, hanya Valentino Rossi yang sukses menjadi juara dengan motor tim satelit Nastro Azzuro-Honda pada musim 2000.
Namun, mumpung masih awal musim, rider satelit dan rookie bisa mengumpulkan poin lebih banyak sebelum pengembangan motor di pabrikan semakin membaik.
Apalagi pengembangan motor di tim pabrikan juga didasarkan salah satunya pada data yang didapat dari motor-motor tim satelit.
Selain itu, ini adalah momen bagi rookie dan rider tim satelit unjuk gigi, membuktikan potensi bahwa mereka layak mendapatkan kursi balap di tim pabrikan.