JawaPos.com – Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mendirikan sebuah partai politik dengan nama Partai Pelita, pada Senin (28/2) kemarin. Partai ini dipimpin oleh Ketua Umum DPP Partai Pelita, Beni Pramula.
Din sapaan akrab Din Syamsuddin, menduduki sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Partai (MPP) Pelita. Partai ini tak dipungkiri diisi oleh jajaran kader Muhammadiyah. Terlebih, Beni Pramula sendiri merupakan mantan Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah tak memungkiri, terdapat tiga partai representasi Muhammadiyah di antaranya Partai Amanat Nasional (PAN) Partai Ummat dan Partai Pelita. Menurut Dedi, mayoritas suara di Muhammadiyah sudah mapan pada PAN.
“Secara mayoritas pemilih Muhammadiyah sudah mapan dengan partai amanat nasional (PAN). Partai Ummat sejauh ini dalam beberapa catatan survei IPO sendiri belum berhasil untuk mengambil suara yang sama,” kata Dedi kepada JawaPos.com, Selasa (1/3).
Menurut Dedi, suara di Muhammadiyah tidak melekat pada ketokohan, meski mempunyai tujuan politik tertentu. Dia memandang, PAN sebagai partai politik pertama yang lahir dari rahim Muhammadiyah masih menjadi representasi dari warga Muhammadiyah.
“Muhammadiyah sejak dulu sampai akhir-akhir Ini masih terkesan nyaman dengan dengan partai yang tokoh-tokohnya lebih tenang,” ungkap Dedi.
Menurut Dedi, Amien Rais saat dahulu mendirikan PAN berhasil membangun sosok yang tenang dan mempunyai sikap intelektual. Lain hal, saat mendirikan Partai Ummat lebih bersikap agitatif.
Meski demikian, Dedi mengungkapkan antara Partai Ummat dan Partai Pelita yang juga lahir dari rahim Muhammadiyah, dinilai harus mengambil jalan tengah dengan PAN yang lahir lebih awal. Terlebih PAN dalam hasil survei pada Feberuari 2022 lebih unggul dari PKS.
Oleh karena itu, Partai Pelita yang merupakan Din Syamsuddin dan juga Partai Ummat harus memiliki propaganda politik untuk bisa meraup suara dan meyakini warga Muhammadiyah.
“Survei tidak bisa dipungkiri bahwa ke depan ketika ketiga partai politik ini melakukan propaganda, tentu pilihan-pilihan yang bisa saja muncul ini nanti akan bergantung bagaimana para ketua umum ini untuk bisa meyakinkan pemilih terutama Muhammadiyah bahwa mereka adalah partai politik yang paling representative untuk kepentingan kepentingan tentang dari Muhammadiyah ini,” tandas Dedi.