JawaPos.com – Selain peperangan secara fisik dengan melibatkan pasukan bersenjata lengkap, konflik antara Rusia-Ukraina dikabarkan telah merembet ke persoalan lain. Buntut dari ketegangan dua negara ini dilaporkan dapat memicu perang siber besar-besaran.
Laman New Scientist menyebut perang dunia maya yang belum pernah terjadi sebelumnya mungkin muncul akibat dari konflik Rusia-Ukraina ini. Hal ini diperingatkan juga oleh Senator Amerika Marco Rubio yang menyebut peretas anonymous diduga telah melancarkan perang siber melawan pemerintah Rusia.
Tidak bentrok secara fisik, perang siber atau cyberwar nyatanya punya bahaya yang sama dengan pertempuran militer biasa. Meski secara umum terlihat hanya seperti ancaman pertempuran global yang hanya melibatkan perangkat komputer, nyatanya cyberwar tidak sesederhana itu.
Dikutip dari TheAtlantis, penjelasan lebih lanjut tentang risiko cyberwar bahkan cenderung bisa berubah menjadi daftar kerentanan yang membingungkan yang melibatkan jaringan listrik kita, pabrik pengolahan air, jaringan komunikasi, perbankan dan banyak aspek lainnya yang tidak disadari banyak orang.
Ancaman ini bahkan dapat diperluas lebih jauh, hingga mencakup semuanya, termasuk spionase, disinformasi, dan serangan terhadap infrastruktur komputer.
Sementara itu, AP News mewartakan, kedua negara yang tengah berkonflik telah saling melancarkan serangan cyberwar. Menurut peneliti keamanan siber, malware penghapus data buatan hacker yang didukung Rusia telah menginfeksi ratusan komputer milik pemerintah Ukraina, termasuk di negara tetangga seperti Latvia dan Lithuania.
Para peneliti mengatakan serangan malware kemungkinan besar telah dipersiapkan selama tiga bulan lalu. “Serangan distributed-denial-of-service (DDoS) yang dimulai minggu lalu membuat situs web pemerintah Ukraina offline pada Rabu lalu dan berlanjut pada pemadaman internet sporadis di seluruh negeri,” kata Doug Madory, direktur analisis internet untuk perusahaan manajemen jaringan AS, Kentik Inc.
Namun, langkah untuk mengurangi efek serangan DDoS dilaporkan berhasil dilakukan oleh pihak Ukraina. Hal ini dikarenakan situs web utama pemerintah termasuk kementerian pertahanan dan dalam negeri serta situs perbankan Sberbank dan Alfabank dapat dijangkau meskipun serangan terus digencarkan Rusia.
AS dan sekutu Ukraina menuding serangan DDoS itu dilakukan oleh badan intelijen militer GRU Rusia. Serangan semacam itu membuat situs web tidak dapat diakses karena dibanjiri dengan data sampah. Tidak tinggal diam, Ukraina melempar serangan balik. Situs web utama Rusia juga mendapat serangan DDoS pada Kamis (24/2). Madory menyebut, hal ini mungkin sebagai pembalasan atas serangan serupa di situs web Ukraina.
Situs militer Rusia (mil.ru) dan Kremlin (kremlin.ru), yang dihosting oleh Jaringan Internet Negara Rusia, tidak dapat diakses. Madory mengatakan seluruh blok domain internet yang meng-hosting situs kremlin.ru juga diserang. Badan keamanan siber Ukraina mengatakan jaringan seluler dipenuhi dengan panggilan suara, menunjukkan bahwa orang yang tidak dapat menyelesaikannya menggunakan pesan teks sebagai alternatif.