JawaPos.com – Konflik antara Rusia-Ukraina diketahui telah merembet ke situasi ketegangan lainnya. Selain bentrok fisik yang melibatkan angkatan bersenjata, di belakang komputer, para ahli di bidang IT kedua negara juga saling meningkatkan kewaspadaan.
Hal ini dilakukan guna mencegah kerusakan akibat cyberwar atau perang siber. Seperti sudah diberitakan sebelumnya, peperangan antara Rusia dan Ukraina ini dilaporkan telah menyebabkan konflik baru yakni saling serang melalui dunia maya.
Terkait dengan cyberwar ini, grup ransomware Conti, kelompok peretas asal Rusia bahkan mengancam Ukraina. Grup tersebut memperingatkan bahwa mereka tidak segan untuk menyerang pihak yang berani melakukan serangan siber ke Rusia, sebagai aksi atas invasi Rusia ke Ukraina.
Dikutip dari Politico, pernyataan tersebut lebih tegas menyatakan bahwa Conti dengan kekuatan penuh akan memberi dukungan ke pemerintah Rusia dan bersumpah untuk menggunakan semua sumber daya yang mungkin untuk menyerang balik (infrastruktur) kritis musuh yang meluncurkan serangan siber atau setiap kegiatan perang melawan Rusia.
Ancaman ini jelas serius dan tidak bisa dianggap remeh. Buat yang tidak kenal Conti, kelompok ini terkenal karena menghancurkan sistem kesehatan Irlandia pada Mei 2021 lalu, sebuah serangan yang efeknya di dunia nyata bertahan selama berbulan-bulan.
Serangan-serangan siber lainnya ke berbagai negara dan menarget banyak infrastruktur IT juga banyak dilakukan oleh grup peretas ini. Karenanya, ancaman yang jelas menuju kepada Ukraina ini tidak boleh diremehkan.
Kelompok Conti juga diduga sempat menyerang Bank Indonesia (BI) beberapa waktu lalu, seperti diungkap oleh platform intelijen dark web bernama Dark Tracer pada bulan Januari 2022 lalu.
“Jika ada badan yang memutuskan mengatur serangan siber atau aktivitas perang apa pun terhadap Rusia, kami akan menggunakan semua sumber daya yang dimungkinkan untuk menyerang balik infrastruktur penting negara musuh,” tulis grup ransomware Conti di blognya.
Dikutip dari ZDNet, pernyataan itu muncul usai pemerintah Ukraina hari Kamis (24/2) pekan lalu, meminta sukarelawan dari komunitas peretas untuk membantu melindungi infrastruktur kritis mereka, serta memata-matai pasukan Rusia.
Ini terjadi usai beberapa situs dan bank pemerintah Ukraina padam karena terkena serangan Rusia pada Rabu (23/2) lalu.