JawaPos.com–Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo unggul atas calon-calon presiden lain di kelompok pemilih kritis jika pemilihan presiden pada pelaksanaan survei.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengatakan hal itu saat mempresentasikan hasil survei SMRC bertajuk Kecenderungan Pilihan Presiden Pemilih Kritis Nasional yang dirilis melalui kanal YouTube SMRC TV, Senin (28/2).
Menurut dia, untuk mempelajari kecenderungan pilihan pada kelompok pemilih kritis, SMRC melakukan serangkaian survei nasional melalui telepon dan di-update terakhir pada 8–10 Februari. Target populasi survei adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon/cellphone.
Dalam survei terakhir (8–10 Februari), sampel sebanyak 1.268 responden dipilih secara acak dari populasi tersebut dengan metode double sampling dan random digit dialing.
Wawancara dengan responden melalui telepon oleh pewawancara yang terlatih. Margin of error survei sekitar 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling.
Deni menjelaskan, pemilih yang memiliki telepon merupakan indikasi kelompok pemilih kritis. Mereka cenderung punya kesempatan lebih besar untuk mendapat informasi sosial politik dibanding yang tidak punya telepon. Oleh karena itu, kritis dalam menilai berbagai persoalan.
Jumlah pemilih kritis dengan indikasi pemilik telepon sekitar 72 persen dari populasi pemilih nasional. Pemilih kritis umumnya berasal dari kelompok warga di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi, dan memiliki ketertarikan terhadap masalah politik. Mereka umumnya tidak mudah goyah, malah bisa memengaruhi pemilih lain.
Menurut Deni, keunggulan Ganjar tersebut terlihat dalam berbagai simulasi pertanyaan: pilihan spontan (top of mind), simulasi semi terbuka 29 nama, simulasi tertutup 15 nama, simulasi tertutup 3 nama, hingga simulasi tertutup 2 nama.
Dalam jawaban spontan, Ganjar di urutan teratas dengan dukungan 19,9 persen di pemilih kritis. Selanjutnya, Prabowo Subianto (10,4 persen) yang seimbang dengan Anies Baswedan (9,8 persen). Calon-calon lain mendapat dukungan spontan di bawah 4 persen, sedangkan yang belum tahu 45,7 persen.
Dalam simulasi semi terbuka dengan 29 nama, Ganjar tetap di posisi teratas dengan dukungan 26,8 persen. Selanjutnya, Anies 13,9 persen, Prabowo 13,7 persen, Sandiaga Uno 5,8 persen, dan Ridwan Kamil 5,1 persen. Calon-calon lain di bawah 3 persen. sedangkan yang belum tahu 24 persen.
”Dalam 2 tahun terakhir, dukungan pemilih kritis kepada Ganjar dalam simulasi semi terbuka naik dari 7,7 persen pada survei Mei 2020 menjadi 26,8 persen pada survei terakhir 8–10 Februari 2022,” papar Deni.
Sejak April 2021, lanjut dia, Ganjar konsisten berada di urutan teratas. Sedangkan Anies dan Prabowo bersaing ketat memperebutkan posisi kedua setelah Ganjar.
Dalam simulasi tertutup 15 nama, di survei terakhir (8–10 Februari) Ganjar lagi-lagi unggul dengan dukungan 27,5 persen. Disusul Anies 14,8 persen, Prabowo 14,3 persen, Sandi 6,2 persen, dan Ridwan Kamil 5,9 persen. Calon-calon lain di bawah 3 persen, sedangkan yang belum tahu 21,8 persen.
Dalam simulasi 3 tertutup nama, Ganjar tetap unggul di kelompok pemilih kritis dengan dukungan 34,7 persen disusul Anies 23,3 persen, dan Prabowo 21,9 persen. Sedangkan yang belum tahu 20,1 persen. Begitu juga dalam simulasi 2 nama, Ganjar unggul atas Prabowo maupun Anies.
Jika yang bersaing hanya Ganjar vs Anies, Ganjar mendapat dukungan 40,4 persen dari pemilih kritis, unggul atas Anies yang mendapat 34,6 persen suara. Sedangkan yang belum tahu 25 persen.
Jika yang bersaing hanya Ganjar vs Prabowo, kata Deni, Ganjar mendapat dukungan 41,9 persen dari pemilih kritis, unggul atas Prabowo yang mendapat dukungan 34,7 persen, sedangkan yang belum tahu 23,4 persen.
”Jika arah dukungan pemilih kritis terhadap calon-calon presiden tidak mengalami perubahan yang signifikan, Ganjar memiliki modal yang kuat pada Pemilihan Presiden 2024,” papar Deni.