JawaPos.com – Suara dentuman keras membangunkan Alamsyah dari tidur lelapnya. Warga Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru, itu bergegas keluar rumah. Saat itulah dia baru sadar telah terjadi tabrakan antara kereta api (KA) dan bus.

Lokasi rumah Alamsyah hanya sekitar 20 meter dari lokasi kecelakaan.

Karena itu, suara benturan terdengar sangat keras sampai ke dalam rumahnya. Bahkan, menurut dia, tabrakan yang terjadi pukul 05.15 itu membuat tanah bergetar. Alamsyah juga menyaksikan puluhan korban selamat duduk berjejer dengan keadaan lemas dan syok. Terlihat juga beberapa korban yang tubuhnya dipenuhi darah. ’’Saya mendengar tangisan korban selamat dan jeritan anak-anak,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Tulungagung.

Saking kerasnya benturan, bus terseret sekitar 10 meter hingga menjebol tembok bangunan milik warga. Bodi bus terlihat ringsek. Begitu juga dengan lokomotif kereta api. Beberapa menit setelah tabrakan, warga berdatangan untuk menolong korban. ’’Sekitar pukul 05.30 WIB ambulans datang,’’ ungkapnya.

Kecelakaan itu melibatkan bus Harapan Jaya dan KA Penataran Dhoho. Lokasinya di perlintasan KA di Dusun Gempolan, Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung. Ironisnya, perlintasan itu tidak dilengkapi palang pintu.

Kapolres Tulungagung AKBP Handono Subiakto mengungkapkan, bus yang mengalami kecelakaan itu mengangkut 42 karyawan pabrik plastik. Mereka hendak berwisata ke Malang. ’’Totalnya ada tiga bus yang menjemput para karyawan tersebut,’’ katanya.

Setelah seluruh karyawan masuk ke dalam bus, satu per satu bus berangkat. Bus pertama berhasil melewati perlintasan KA. Namun, bus kedua tertabrak KA Dhoho tepat di bagian belakang. ’’Mungkin sopir bus kurang konsentrasi sehingga tidak mengetahui adanya kereta api yang tengah melaju dari arah selatan. Akhirnya tabrakan pun terjadi,’’ jelasnya.

Handono menambahkan, bus terpental dan mengenai salah satu kediaman warga hingga dindingnya jebol. Akibat kecelakaan tersebut, empat penumpang bus meninggal di tempat dan satu penumpang meninggal saat perawatan di RSUD dr Iskak Tulungagung. ’’Empat belas penumpang lain mengalami luka-luka,” paparnya.

Korban yang meninggal adalah Intan Wulandari, 20, perempuan asal Desa Gendingan; Evi Mafidatul Afifah, 32, asal Desa Batangsaren; Mustainah, 50, asal Desa Ketanon; Faizal Nuriansyah, 20, asal Desa Punjul; dan Margono Hadi Santoso, 20, asal Kelurahan Bago.

Hingga kemarin, polisi belum bisa menggali keterangan dari sopir dan kernet bus Harapan Jaya. Sebab, sopir dan kernet bus sedang menjalani perawatan di RSUD dr Iskak Tulungagung.

Sementara itu, lokomotif berwarna putih yang ringsek kemarin ditarik ke Stasiun Tulungagung. Untuk melanjutkan perjalanan, PT KAI memanggil lokomotif pengganti dari Blitar. ’’Kami mohon maaf kepada penumpang yang terdampak kecelakaan. Atas kejadian tersebut, kami akan memberikan service recovery. Penumpang yang memilih membatalkan tiket akan kami refund 100 persen,” ucap Manajer Humas Daop 7 Madiun Ixfan Hendriwintoko.

PT KAI mengaku mengalami kerugian akibat kecelakaan tersebut. ’’Bukan hanya kerugian materiil saja, tetapi juga kerugian waktu karena jadwal kereta api terlambat. Nantinya kerugian ini akan diklaimkan ke PO Harapan Jaya yang melanggar aturan lalu lintas kereta api,” ungkapnya.

Dia menerangkan, sesuai pasal 94 UU 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, perlintasan sebidang yang tidak berizin harus ditutup. Yang bertanggung jawab terkait penutupan tersebut adalah pemerintah, sesuai dengan kelas jalannya. Dia berharap pemerintah selaku regulator berkomitmen melakukan evaluasi guna meningkatkan keselamatan KA dan pengguna jalan di perlintasan sebidang.

By admin