Entah kapan pandemi bakal berakhir. Sejak 2020, beberapa varian Covid-19 bermunculan. Setelah varian Delta, kini muncul varian Omicron di gelombang ketiga. Sebetulnya apa perbedaan keduanya? Betulkah serangan Omicron lebih ringan daripada Delta?
—
DOKTER spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik dan infeksi dr Ronald Irwanto SpPD-KPTI FINASIM mengungkapkan, kesembuhan Omicron lebih baik daripada Delta. Namun, dia mengingatkan agar tingkat kewaspadaan terhadap kesehatan tak diturunkan. Salah satunya, protokol kesehatan (prokes) sebagai primer barrier.
Dia menyatakan, selain lewat tes Covid-19, gejala varian Omicron dan Delta tak bisa dibedakan. Menurut Ronald, seseorang perlu menjalani pemeriksaan WGS (whole genome sequencing) agar genomnya dilihat. ”Tidak bisa dibedakan dari gejalanya saja,” ujarnya dalam webinar Omicron vs Delta Selasa (22/2).
Dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah Puri Indah, Jakarta Barat, itu menjelaskan bahwa Covid-19 bersifat self-limited disease atau bisa sembuh sendiri. Hanya, memang pasien tertentu mengalami radang hebat di saluran napas. Kondisi itulah yang berbahaya.
Sama dengan Delta, Omicron memiliki gejala batuk. Namun, seseorang yang batuk tak lantas pasti terpapar Omicron. Batuk Omicron, batuk flu, atau batuk akibat varian Delta tak memiliki perbedaan khas. Ronald menyampaikan, ada isu bila batuk akibat varian Omicron lebih ringan dan kering jika dibandingkan dengan batuk flu.
”Hal itu tidak bisa dijadikan acuan. Sebaiknya, jika batuk pilek, langsung tes swab dan PCR untuk memastikan,” terang sekretaris jenderal Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin) tersebut.
Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu menjelaskan, baik itu pasien orang dewasa maupun anak-anak, tak ada perbedaan gejala varian Delta dan Omicron. Demikian pula masa inkubasinya. Berdasar riset yang dirilis Centers for Disease Control and Prevention (CDC), median masa inkubasi Omicron lebih singkat bila dibandingkan dengan varian sebelumnya. Diperkirakan, masa inkubasinya 2–3 hari setelah infeksi. Berbeda dengan Delta yang rata-rata masa inkubasinya 5 hari.
Kendati begitu, Ronald menuturkan, perlu ada kajian lanjutan agar dapat menjadi absolute evidence. ”Yang harus dilakukan setelah kontak erat adalah pemeriksaan PCR. Hasil negatif atau positif tetap kembali pada protokol kesehatan yang disiplin,” tuturnya.
Bagaimana dengan treatment-nya? Ronald menegaskan, tak ada yang berbeda dengan langkah penanganan varian Omicron maupun Delta. Pada gelombang kedua, ketika varian Delta muncul pada Juli–Agustus 2021, angka pasien dalam kondisi tingkat keparahan (severity level) sedang hingga berat terbilang tinggi. ”Sekarang ini, pada gelombang ketiga, saya melihat sebagian besar (gejala, Red) pasien mengalami non-severe. Banyak yang asimtomatik (tanpa gejala) dan mild severe,” ungkapnya.
Anak-anak tak luput dari serbuan varian Omicron. Apa yang harus dilakukan orang tua ketika anak terpapar? Dokter William Jayadi Iskandar SpA menyatakan, anak yang memiliki riwayat kontak erat atau terpapar wajib menjalani karantina kesehatan. Orang tua atau pengasuh perlu memantau kondisi anak secara mandiri di rumah atau telekonsultasi dengan tenaga kesehatan serta melakukan pemeriksaan penunjang jika diperlukan.
Durasi karantina jika tak ada gejala adalah 14 hari tanpa dilakukan pemeriksaan penunjang atau dapat lebih singkat jika dilakukan entry and exit test. William menjelaskan, entry and exit test adalah pemeriksaan swab pada hari pertama dan kelima setelah kontak yang bisa dilakukan dengan PCR atau rapid test antigen bergantung kapasitas laboratorium dan sarana hingga fasilitas kesehatan terdekat. ”Jika anak bergejala, segera tes PCR atau rapid test antigen,” tegas dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah, Pondok Indah, Jakarta Selatan, tersebut.
Tata laksana pada anak kontak erat tanpa gejala adalah pastikan nutrisi anak tercukupi dan tetap mematuhi prokes dengan benar, termasuk di rumah. Di antaranya, selalu memakai masker jika keluar kamar atau berinteraksi dengan anggota keluarga lain, sering cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, menjaga jarak, serta upayakan tidur di kamar sendiri atau terpisah.
Pasien dapat berjemur di bawah sinar matahari selama 10–15 menit setiap hari serta memastikan ventilasi ruangan baik. William menuturkan, tak ada obat pencegahan atau profilaksis pasca pajanan Covid-19. Selain itu, orang tua atau pengasuh diimbau untuk tak melakukan pengobatan sendiri pada anak bergejala. Terutama terkait dengan obat antivirus dan antibiotik. Segala pemberian obat harus disertai resep dokter dan sesuai dengan indikasi medis.
Isoman, Monitor Kondisi Setiap Hari
MESKI hasil penelitian menunjukkan Omicron lebih ringan daripada Delta, belum tentu kondisi setiap orang yang terpapar sama. Ada yang timbul gejala sedang hingga berat. Lantas, apakah lebih baik pasien Omicron isolasi mandiri (isoman) di rumah?
Dokter Decsa Medika Hertanto SpPD menyatakan, untuk memastikannya, pasien perlu lebih dulu berkonsultasi dengan dokter. Jika boleh isoman, pastikan memonitor kondisi setiap hari.
Pertama, pasien tanpa gejala atau gejala ringan dengan konsultasi ke dokter atau faskes terdekat. Kedua, yang merawat pasien harus orang sehat. Tak ada penyakit kronis atau bawaan. Ketiga, buka jendela setiap pagi agar ada pertukaran udara. Tempatkan pasien isoman di ruangan yang cukup sinar matahari. Keluarga perlu menyiapkan nomor telepon faskes dan tak lupa selalu mencuci tangan.
Saat isoman, cek juga denyut nadi di pergelangan tangan selama 60 detik. Normalnya, denyut nadi berkisar 60–100 kali per menit dan ritmenya normal teratur.
Ada lagi, cek tensi juga perlu. Tensi normal berada di angka 110–130/ 60–80 mmHg. Lalu, pantau suhu tubuh, normalnya 36–37,5 derajat Celsius. ”Kemudian, cek napas, normalnya dalam satu menit 12–20 kali. Ambil napas jangan ditahan atau dibuat-buat. Dan, terakhir rutin saturasi normalnya 95–99 persen,” papar Dokter yang berpraktik di RSUD dr Soetomo itu.
Dia mengingatkan, vaksin dan booster berfungsi melatih sistem imun agar siap jika suatu saat ada virus yang masuk. Jadi, vaksin dan booster tak membuat seseorang kebal 100 persen dari paparan virus. Jika terpapar, harapannya gejala lebih ringan dan mengurangi risiko terkena gejala berat hingga kematian.
Selain itu, jangan lupa tetap berolahraga. Salah satunya, yoga di rumah. Ditemui dalam acara Sunrise Yoga yang diadakan Adi Husada Cancer Center (AHCC) berkolaborasi dengan Urban Athlete (19/2), instruktur yoga Adela Ayu memberikan beberapa variasi gerakan sederhana.
Pertama, posisikan tubuh. Yoga bisa dilakukan dengan berdiri atau duduk. Duduk dengan tegap dan atur napas perlahan. Kedua, miringkan badan ke samping kanan-kiri. Tak perlu terburu-buru. Perlahan saja. Masing-masing 10–20 detik. Ketiga, bawa badan ke depan dengan posisi sedikit membungkuk. Durasinya sama, 10–20 detik.
Menurut Ayu, gerakan tersebut bertujuan membuka bagian dada agar jalur pernapasan lebih lega.
TIPS MENURUNKAN DEMAM SAAT TERPAPAR OMICRON
– Tidur cukup dan pakai baju nyaman, bestie. Penting untuk tidur cukup 8 jam. Kenakan pakaian yang nyaman. Baju-baju tebal tinggalkan dulu.
– Minum adalah kunci. Cukupi hidrasi tubuh 8–10 gelas per hari. Jika panas tinggi, tambah 1–2 gelas.
– Kompres dengan suhu air normal. Sebab, tubuh sedang mengeluarkan suhu panas. Hindari mengompres dengan air panas.
– Bolehkah dibantu dengan obat penurun panas? Boleh, kok. Misalnya, orang dewasa bisa mengonsumsi parasetamol 500 mg 3 x 1. Jika demam tak segera turun, konsultasi ke dokter, ya.
Sumber: dr Decsa Medika Hertanto SpPD