JawaPos.com – Wakil Ketua DPR RI yang juga Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengusulkan penundaan Pemilu 2024. Menurutnya, Pemilu 2024 bisa ditunda satu atau dua tahun. Alasan Pemilu 2024 lebih baik ditunda sementara, agar pemulihan ekonomi pasca-pandemi bisa jadi terganggu akibat pemilu.
Namun, menurut Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah, justru jika pemilu ditunda maka akan mengganggu perekonomian. Sebab, banyak pihak yang mengira ada ketidakstabilan politik di Tanah Air. ’’Bisa mengganggu karena bikin gaduh. Gaduhnya Itu tidak kondusif untuk ekonomi. Bisa memunculkan ketidakstabilan politik,” kata Piter saat dihubungi oleh JawaPos.com, Senin (28/2).
Menurutnya, perekonomian yang solid tidak bergantung pada pemilu, namun membutuhkan fondasi ekonomi yang kokoh. Sebab pesta demokrasi merupakan hal yang wajar dilakukan oleh suatu pemerintahan.
’’Pemilu kalau pun berdampak positif tidak akan besar. Ada atau tiada pemilu perekonomian tumbuh berkesinambungan. Pemilu jelas menambah aktivitas ekonomi. Tapi tidak membuat dia naik sangat signifikan,” ucapnya.
Di sisi lain, Piter beranggapan, keputusan untuk memperpanjang masa jabatan adalah mereka yang berniat menjerumuskan Jokowi. ’’Jokowi sudah sangat benar. Siapa pun yang mendorong untuk dia maju lagi atau memperpanjang masa jabatan adalah mereka yang menjilat dan berniat menjerumuskan,” jelasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi pelaksanaan pemilu 2014 memiliki keuntungan sendiri bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,02 persen di 2014. Hal itu didorong oleh industri pengolahan yang mencapai 4,63 persen. “Pertumbuhan ekonomi banyak ditopang oleh industri pengolahan, karena adanya pemilu. Permintaaan naik untuk kebutuhan kampanye dan lainnya,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin.
Sementara, pada pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang pada 2019 naik 4,01 persen dibanding 2018. Kenaikan tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya produksi industri pencetakan dan reproduksi media rekaman khususnya menjelang pemilihan umum (Pemilu).
Suhariyanto menjelaskan, produksi industri manufaktur besar dan sedang naik 19,58 perse pada 2019. Industri pakaian jadi naik 18,51 persen diikuti industri minuman naik 17,11 persen, industri furnitur naik 6,63 persen, dan industri pengolahan lainnya 6,42 persen pada tahun lalu. “Industri ini memang naik karena adanya pemilu yang menyebabkan percetakan, sablon spanduk dan sebagainya diminati,” ucapnya. (*)