JawaPos.com – Belakangan ini Indonesia dihebohkan dengan terkuaknya investasi bodong yang dilakukan aplikasi investasi saham yang ternyata judi online yaitu Binomo. Berdasarkan keterangan Bareskrim Polri, platform itu menjanjikan keuntungan hingga 85 persen. Kasus ini dilaporkan oleh sejumlah orang yang menjadi korban investasi bodong Binomo.
Salah satu yang dilaporkan ke Bareskrim adalah Indra Kenz. Dikenal sebagai crazy rich Medan, Indra Kenz mempromosikan aplikasi tersebut sejak tahun 2020.
Pakar Digital Anthony Leong mengatakan, Binomo merupakan platform yang menyediakan layanan binary option bagi para calon investor. Binary option adalah instrumen trading online dimana para trader memprediksi harga aset naik atau turun dalam jangka waktu tertentu.
Cara kerja binary option di Binomo, pengguna hanya perlu menebak harga dari sebuah aset yang akan muncul dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Para pengguna platform wajib menebak harga yang benar ketika waktu yang sudah ditentukan habis.
Sementara Bappebti mengatur perdagangan pialang berjangka, tapi binary option bukan perdagangan karena tidak ada barang yang diperdagangkan. “Ini bukan instrumen investasi, ini cenderung kepada perjudian. Yang seperti ini kita dorong pemerintah tegas saja blokir,” kata Anthony pada keterangannya, Senin (28/2).
Menurutnya, masyarakat terpengaruh lewat media sosial melihat tayangan para ‘sultan’. Sayangnya, kekayaan yang para ‘sultan’ pamerkan tersebut seolah hanya berasal dari Binomo.
Melihat affiliator ini, masyarakat pun terbujuk, dan langsung melakukan transaksi di Binomo. Tanpa pengetahuan akan risiko yang cukup, akhirnya mereka pun merugi.
Hal ini sangat disayangkan karena affiliator bisa dikategorikan pembohongan publik. Korbannya bukan hanya kalangan kelas atas, tetapi driver ojol, cleaning service, dan bahkan mereka yang ekonominya lebih rendah.
“Kita perlu mengajak dan membentuk pola pikir masyarakat bagaimana mencari segala sesuatu perlu proses. Dan, untuk mendapatkan profit jangan melalui proses instan,” katanya.
“Ini penting untuk pesan kepada seluruh milenial yang ada di Indonesia agar tidak termakan pesan flexing yang kini banyak dipertontonkan di media sosial,” ucapnya.