Geliat pariwisata di Kabupaten Lamongan makin terasa. Destinasi-destinasi baru bermunculan. Konsepnya juga mulai beragam. Bukan hanya wisata bahari khas pesisir. Salah satu yang sedang ngetren adalah nuansa perbukitan.

TERLETAK di wilayah pesisir pantura Jawa Timur, wajar jika Lamongan dikenal dengan geliat usaha di sektor bahari. Mulai perdagangan, perikanan, hingga dunia pariwisata.

Di kabupaten tersebut, ada sejumlah destinasi wisata di pesisir pantai. Salah satu pusatnya adalah Kecamatan Paciran. Keindahan pantai di kawasan itu tak perlu diragukan.

Namun, dalam perkembangannya, kini mulai bermunculan para penggiat yang meramaikan dunia pariwisata di Lamongan. Menawarkan konsep baru, tak hanya mengandalkan eksotisme wilayah pesisir.

Salah satu yang kini mulai digandrungi wisatawan, terutama kalangan milenial di kabupaten tersebut, adalah objek wisata di dataran tinggi. Sejumlah destinasi baru muncul. Salah satunya adalah Tebing Cafe di Bukit Kendil, Paciran.

Dari namanya sudah bisa ditebak. Para pengunjung berkesempatan menyaksikan panorama alam di wilayah pesisir dari dataran tinggi. Mulai keindahan hamparan hutan, lautan, hingga lanskap kawasan permukiman. Dan, tentu saja, sambil menikmati aneka makanan-minuman di kafe yang berdiri di sana.

Ide pendirian destinasi itu berawal dari pemikiran sang inisiator, Muhammad In’am, yang melihat minimnya destinasi wisata di tanah kelahirannya, Paciran. ”Pesona alam yang sangat indah di sini akan sia-sia kalau tidak dimanfaatkan dengan baik,” kata In’am yang juga menjabat general manager (GM) Tebing Cafe.

Dari situlah, kawasan tersebut ditata. Sejumlah spot dan wahana didirikan. Baik yang bertema outdoor maupun indoor. Setelah progres pembangunannya mencapai 60 persen, destinasi itu mulai dibuka.

Meski pembangunan belum selesai 100 persen, animo warga, terutama kalangan muda di Lamongan, lumayan besar.

”Selama Tebing Cafe dibuka, tingkat kunjungan sangat tinggi, khususnya pada akhir pekan,” ungkapnya.

Karena itu, kata In’am, penataan kawasan tersebut akan terus berlanjut hingga benar-benar sesuai dengan konsep awalnya.

Sejauh ini apresiasi para pengunjung cukup positif. Misalnya, yang diceritakan Happy. Meski harus menempuh perjalanan hingga satu jam, dia merasa tak rugi. Dia bisa menyaksikan pemandangan yang menakjubkan di atas tebing. ”View-nya masya Allah. Konsepnya juga sangat kekinian,” jelas perempuan yang bekerja di sebuah industri sepatu tersebut.

Bukan hanya wisatawan lokal, destinasi itu juga mulai dikunjungi warga luar daerah. Salah satunya adalah Rohman, remaja asal Semanding, Tuban. Dia sengaja mengisi waktu luangnya untuk datang ke sana. ”Konsepnya sangat menarik. Tak hanya menawarkan nuansa khas kafe, tapi juga keindahan alam dan pemandangan laut yang bisa dilihat dari ketinggian,” ujarnya.

Dari Ali Fauzi untuk Perdamaian

SELAIN sajian keindahan alam yang eksotis, tingginya animo warga untuk berkunjung ke Tebing Café juga tak terlepas dari sejarah berdirinya destinasi tersebut.

Di sana ada sosok yang begitu dikenal publik. Dialah Ali Fauzi, si mantan narapidana kasus terorisme (napiter) yang kini getol mengampanyekan perdamaian. Dia ikut terlibat dalam pendirian maupun pengelolaan Tebing Café.

Muhammad In’am, GM Tebing Café, menceritakan, begitu memiliki ide untuk menyulap kawasan Bukit Kendil menjadi objek wisata plus kafe, dirinya mengajukan izin kepada Ali Fauzi.

Gayung pun bersambut. Ali memberikan lampu hijau serta ingin bergabung untuk membangun usaha di sana. ”Ternyata dia juga terbuka dan ingin ikut terlibat,” ujarnya.

Dalam perkembangannya, Ali ingin menjadikan usaha tersebut sebagai bagian dari ikhtiarnya untuk menjalankan sebuah yayasan yang bergerak di bidang perdamaian.

By admin