JawaPos.com – Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat diguncang gempa berkekuatan magnitudo 6,1 pada Jumat (25/2) lalu. Dalam peristiwa tersebut, 10 orang meninggal dunia, 42 orang luka berat, 346 luka ringan, 4 orang dinyatakan hilang dan 13 ribu jiwa mengungsi.
Di samping itu, beberapa jam setelah gempa bumi berkekuatan sedang itu mengguncang Kabupaten Pasaman, beredar video lumpur bergerak yang diasosiasikan seperti kejadian likuifaksi pasca gempa bumi Palu 2018 silam.
Likuifasi sendiri merupakan perubahan material yang padat (solid), dalam hal ini berupa endapan sedimen atau tanah sedimen menjadi fase cair atau cairan (liquid).
Berdasarkan kajian cepat dan pemetaan udara oleh tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Limapuluh Kota, dokumentasi memperlihatkan ada titik-titik longsoran di hulu Talamau, yang kemudian masuk ke sungai dan terbawa aliran sungai ke hilir dan menghantam beberapa rumah penduduk.
“Dari temuan fakta hasil kaji cepat dan pemetaan tersebut, maka fenomena yang terjadi di Pasaman dipastikan bukanlah likuifaksi, tetapi banjir lumpur akibat longsor yang terjadi di hulu,” terang Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam siaran pers, Minggu (27/2).
Kejadian ini lebih mirip dengan banjir sedimen yang terjadi di Sigi akibat luapan bah bercampur pasir dari Sungai Poi yang berasal dari longsoran akibat gempa 2018 Palu.
Untuk diketahui, likuifasi ini berdampak pada retaknya permukaan, getaran, jatuhan beban pada bangunan dan infrastruktur, dorongan seismik dan tsunami.
“BNPB mengimbau kepada seluruh masyarakat agar berpartisipasi meredam kabar dan informasi yang belum diyakini kebenarannya,” tandasnya.