JawaPos.com ‒ Warga Surabaya Barat mengeluhkan suara gaduh saat hujan deras terjadi pukul 14.50 Senin (21/2). Suara keras tersebut ternyata berasal dari butiran-butiran es yang jatuh bersama hujan. Ukurannya cukup beragam. Ada yang sebesar satu ruas kelingking orang dewasa hingga seukuran koin Rp 500. ”Kaget juga kenapa suaranya tak.. tak.. tak kencang. Pas ke teras, ternyata hujan es,” ucap Widyasti, warga Wiyung.
Kejadian tersebut berlangsung cukup lama. Lebih dari 45 menit, hujan es itu terjadi di berbagai kawasan. Warga dari kawasan Darmo Permai, Mayjen Sungkono, Graha Famili, hingga Lidah Wetan menyebutkan fenomena yang sama. Hujan angin juga melanda kawasan Surabaya Timur. Setidaknya sudah ada dua pohon besar tumbang di area kampus ITS. Begitu juga beberapa pohon berukuran sedang di kawasan jalan utama kampus.
Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak Surabaya Fajar Setiawan mengatakan, cuaca buruk itu terjadi akibat pertumbuhan awan kumulonimbus di area Jawa Timur. ”Jadi, termasuk Surabaya ini, terdampak signifikan,” sambungnya. Pembentukan awan kumulonimbus di Jawa Timur disebabkan adanya konvergensi tekanan rendah di area utara Australia.
Adanya tekanan rendah di utara Australia mengakibatkan pergerakan arah angin dari utara Indonesia. Gerakan angin dari utara meliuk ke arah timur, kemudian ke selatan. Hingga akhirnya bermuara di antara Pulau Timor dan Australia. Pergerakan tersebut mengakibatkan pertumbuhan awan kumulonimbus yang lebih berat daripada biasanya. ”Awan ini yang kemudian menyebabkan cuaca buruk,” papar Fajar saat diwawancarai kemarin.
Secara umum, dia memperkirakan kondisi itu bisa berlangsung 1‒3 hari ke depan. Cuaca buruk yang dimaksud meliputi angin kencang, hujan deras, dan petir. Kecepatan angin memang diakui meningkat hingga tiga kali. Fajar mengatakan bahwa kecepatan normal di Surabaya saat ini berkisar 5‒8 knot. ”Tapi, jika dilihat secara visual, kecepatan angin maksimum akibat awan kumulonimbus ini mencapai 15‒20 knot,” sambungnya.
Fajar menambahkan, fenomena La Nina yang terjadi saat ini memang memiliki pengaruh. Salah satunya adalah curah hujan yang cenderung meningkat. ”Tapi, kalau kondisi hujan es hari ini (Senin, Red) lebih banyak karena area konvergensi. Akibat tarikan massa udara oleh tekanan rendah di sekitar utara Australia itu,” jelasnya.
60 Pohon Tumbang, Satu Rumah Roboh
Berdasar data yang dihimpun Jawa Pos, total ada 60 pohon yang tumbang di pinggir jalan. Sebagian menimpa bangunan. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden itu.
Tumbangnya batang pohon tersebut terjadi di berbagai titik. Baik di Surabaya Barat, Timur, Selatan, maupun Utara. Petugas pun bergerak cepat untuk mengevakuasi pohon tumbang. Petugas gabungan dari BPBD dan dinas lingkungan hidup (DLH) langsung turun ke lokasi. ’’Sampai sekarang (pukul 19.00, Red) kami masih berada di lokasi untuk melakukan evakuasi,’’ kata Kepala BPBD Surabaya Ridwan Mubarun.
Pohon tumbang juga dilaporkan terjadi di Jalan Raya Kertajaya Indah, Manyar Sabrangan, Mulyorejo. Di sana ada pohon trembesi berdiameter 60 sentimeter yang roboh ke badan jalan. ’’Untung, tidak ada pengendara yang tertimpa,’’ ujar Ridwan.
Insiden pohon roboh juga terjadi di Jalan Ngagel, Jalan Barata Jaya, Jalan Banyu Urip, Jalan Raya Kendangsari, serta Jalan Mulyosari. Banyaknya pohon tumbang, kata Ridwan, dipicu angin yang bertiup kencang. Di sisi lain, banyak juga pepohonan di pinggir jalan raya yang berusia uzur sehingga akarnya rapuh. ’’Pohon-pohon tua ini sedang kami identifikasi. Kalau membahayakan, dilakukan perantingan,’’ jelasnya.
Selain pohon, ada rumah warga yang roboh. Itu terjadi di Jalan Kejawan Putih Tambak, Mulyorejo. Yang roboh bagian atap dan tembok rumah.
Menurut Ridwan, pemkot langsung melakukan pendataan. Pihaknya segera memberikan bantuan. Bantuan jangka pendek berupa terpal untuk menutup bagian yang roboh. ’’Tentu untuk jangka panjang, akan dilakukan perbaikan,’’ tandas mantan camat Tambaksari itu.
CUACA EKSTREM DI SURABAYA
– Konvergensi akibat adanya tekanan rendah di utara Australia memengaruhi kondisi cuaca di regional Jawa Timur.
– Dengan adanya konvergensi, pembentukan awan kumulonimbus mengakibatkan cuaca buruk di berbagai wilayah.
– Cuaca buruk ditandai angin kencang, hujan, dan petir.
– Kondisi itu diprediksi berlanjut 1‒3 hari ke depan.
– Ada peningkatan kecepatan angin dari 5‒8 knot saat normal menjadi 15‒20 knot.
– Peningkatan curah hujan juga dipengaruhi fenomena La Nina.
Sumber: Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak