JawaPos.com–Sebanyak 150 ribu pengusaha Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terdampak kelangkaan kedelai. Saat ini, stok kedelai impor di Indonesia sedang terhambat.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan mengakui, stok kedelai di Indonesia sedang mengalami kelangkaan. Saat ini fokus memperhatikan 150 ribu pengusaha UMKM di bidang pengolahan kedelai.
”Kita harus perhatikan yang paling penting perajin tahu tempe yang golongan UMKM jumlahnya tidak sedikit, 150 ribu,” kata Oke ketika ditemui di Pasar Wonokromo, Selasa (22/2).
Oke menyebut, jumlah itu berkurang banyak. Masih ada pengusaha UMKM lain yang tutup. Sebab, tak mampu lagi memproduksi di bawah 2.000 kilogram kedelai tiap hari.
”Agak sedikit berkurang karena ada yang tutup di bawah 2.000 kilogram. Garis besarnya 150 ribu pengrajin tahu-tempe. Mereka harus dipastikan supaya usaha berkelanjutan,” ucap Oke.
Untuk mengatasi kelangkaan, lanjut Oke, pihaknya fokus untuk memastikan ketersediaan kedelai. Sebab stok kedelai di Indonesia hanya bergantung pada stok impor.
”Karena itu, saya pastikan importasi lancar. Sebab, kalau tidak tersedia barang baku, UMKM yang (jumlahnya) 150 ribu ini bisa berhenti berusaha,” ujar Oke.
Dia berpesan kepada seluruh importir untuk tetap mengimpor kedelai meski harga sedang tinggi. Mengingat kebutuhan kedelai mencapai 250 ribu ton per bulan.
”Lebih baik barang ada walau harga tinggi,” terang Oke.
Oke menyebut pihaknya telah memanggil seluruh importir. Dia menegaskan dan meminta mereka untuk terus mengimpor kedelai.
”Saya panggil, gak boleh berhenti. Siapkan pasokan dan kebutuhan kita 250 ribu ton per bulan, pastikan itu ada. Wajib impor!” tegas Oke.
Sebelumnya, tempe dan tahu di beberapa wilayah mengalami kelangkaan. Di Kota Surabaya, tempe dan tahu tak lagi ditemukan di sejumlah pasar.
Dari pantauan JawaPos.com, pada Senin (21/2) malam, tahu dan tempe sulit ditemukan di Pasar Jagir Wonokromo. Hanya ada segelintir penjual yang menyediakan dua bahan makanan itu.