JawaPos.com–Dinas Perdagangan Kota Surabaya mulai melakukan sosialisasi kenaikan harga tempe dan tahu pada masyarakat. Hal itu dilakukan karena pasokan minim.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Fauzie Mustaqiem Yos mengatakan, hal itu harus dilakukan supaya masyarakat tahu bahwa suatu saat, harga tempe dan tahu akan naik. Sebab, bahan baku produksinya kosong.
”Kami akan sosialisasi begitu. Biasanya tempe 5 cm harga Rp 1.000. Nah, sekarang 4 cm Rp 1.000. Teman-teman perajin nggak mengurangi harga tapi ukuran dikurangi. Jadi kami akan sosialisasi bahwa ada harga naik,” kata Yos pada Selasa (22/2).
Yos menyatakan, saat ini, perajin tempe dan tahu sedang melakukan mogok kerja. Sebab, harga kedelai naik.
Dia mengaku berat membicarakan hal itu. ”Kalau memang teman-teman (perajin tahu tempe) mogok itu karena bahan bakunya dari luar (negeri) itu langka dan belum datang,” ujar Yos.
Kedelai, bahan baku tahu dan tempe yang digunakan perajin bergantung impor. Otomatis, Disdag tidak bisa banyak berbuat.
”Agak berat jawabnya. Ini kedelai tergantung impor. Murni 94 persen (impor). Nggak bisa ngapa-ngapain karena harganya semua dari sana,” terang Yos.
Seluruh harga kedelai, lanjut Yos, bergantung pada stok kedelai impor. Mulai dari harga jual, ketersediaan, dan distribusi dipengaruhi fluktuasi harga kedelai impor.
Sementara, persediaan dalam negeri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar. ”Kami akan sosialisasikan kenaikan harga,” ujar Yos.
Saat ini, harga kedelai per kilogram mencapai Rp 10.300. Kini sedang berkomunikasi dengan importir untuk segera membeli bahan baku.
”Saya coba ke importir, wis tukuo piro nanti lak dibeli (sudah beli saja berapa nanti pasti dibeli). Karena orang Surabaya kalau nggak makan tempe tahu ya nggak marem to (puas kan)? Wis belio (sudah beli saja) harganya berapapun, nanti kita tetap beli kok,” ungkap Yos.
Yos menyebut Pemerintah Kota Surabaya, Pemerintah Provinsi Jatim, serta pemerintah pusat akan mengadakan sosialisasi. Selain menyosialisasikan harga tempe dan tahu akan naik, juga akan sosialisasi bahwa kedelai adalah barang impor bukan dari Indonesia.
”Kalau mau demo karena harga kedelai mahal dan berhenti produksi, nanti kita coba bilang bahwa importir akan beli. Karena harga tinggi. Tapi pasti laku dibeli warga Indonesia. Kita fokus jangan sampai perajin berhenti,” ucap Yos.