JawaPos.com- Kasus positif Covid-19 di Sidoarjo terus bertambah. Namun, kondisi selter isolasi sampai saat ini justru sepi. Kemarin (21/2) selter mal pelayanan publik (MPP) yang berkapasitas 124 orang hanya terisi empat orang. Selter isolasi di Sedati yang bisa menampung 64 orang, baru dihuni 12 orang.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sidoarjo drg Syaf Satriawarman SpPros, banyak warga positif Covid-19 yang memilih untuk menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah. Dari jajak pendapat kepada warga yang positif Covid-19, sembilan di antara sepuluh warga memilih isoman dan tidak ingin menjalani isolasi di selter.
”Padahal, saat meninjau, gubernur menyebut selter isolasi di MPP sebagai selter terbaik di Jawa Timur. Tapi, ternyata banyak warga yang memilih isoman di rumah mereka,” ujar Syaf.
Salah satu faktor yang memengaruhi pilihan tersebut adalah psikologis pasien. Mereka merasa nyaman jika isolasi di rumah sendiri. Bahkan, ada yang memilih isoman karena memiliki lebih dari satu rumah. Jadi, yang positif Covid-19 tinggal terpisah dari keluarga yang negatif.
Sementara itu, bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan Sidoarjo masih tinggi hingga kemarin. Tempat tidur untuk pasien positif Covid-19 terisi hingga 76 persen. Angka itu tertinggi se-Jatim. Namun, Dinkes Sidoarjo memastikan angka tinggi tersebut dipengaruhi jumlah perhitungan tempat tidur yang salah.
Syaf menyebutkan, tempat tidur yang tercatat dan diakui pihak provinsi adalah 458 unit. Jumlah itu tersebar di sebelas rumah sakit rujukan. ”Padahal, kami punya 18 rumah sakit dengan total tempat tidur sebanyak 892 unit,” jelasnya.
Ternyata di provinsi rumah sakit rujukan yang tercatat masih berjumlah sebelas rumah sakit. Saat puncak pandemi Covid-19 pada Juni 2021, sudah ada penambahan tujuh rumah sakit rujukan baru di Sidoarjo. Rumah sakit tersebut menerima dan merawat pasien Covid-19. Mereka juga memiliki tempat tidur untuk pasien Covid-19.
Dengan jumlah tempat tidur yang saat ini diakui di 11 rumah sakit, angka BOR tinggi. Padahal, jumlah pasien yang dihitung ada pada 18 rumah sakit. Angka pembagi yang kecil memengaruhi tingginya persentase BOR.
Dinkes telah melakukan klarifikasi ke provinsi dengan menyebut jumlah riil tempat tidur yang ada saat ini. Sebab, data yang tercatat dan disahkan gubernur hanya berasal dari sebelas rumah sakit rujukan. Padahal, dinkes menambah tujuh rumah sakit rujukan saat puncak pandemi Covid-19 tahun lalu.
”Tambahan itu juga telah disahkan dan resmi. Total, ada 18 rumah sakit rujukan,” kata Syaf. Sekarang pengusulan kembali sekaligus klarifikasi ke Jakarta sudah dilakukan. Namun, belum ada jawaban atas usulan tersebut.