JawaPos.com–Kementerian Perdagangan menyalurkan 60 juta liter minyak goreng ke wilayah Indonesia timur. Penyaluran dilakukan melalui sistem operasi pengisian pasar. Sistem itu jauh berbeda dengan operasi pasar untuk mengatasi stok barang yang kosong.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan menjelaskan, teknis operasi pengisian pasar adalah dengan menyuntikkan stok minyak goreng ke pedagang pasar. Kemudian, pedagang menyalurkan kepada konsumen.
”Saya nggak mau operasi pasar, dagang ke konsumen. Saya nggak mau itu. Saya operasi pengisian pasar. Supaya pedagang hidup, konsumen datang ke pedagang,” ucap Oke ketika ditemui di Pasar Wonokromo, Selasa (22/2).
Menurut Oke, sistem itu bisa mencegah penimbunan minyak goreng seperti yang sempat terjadi di Sumatera Utama. Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri akan memastikan kelancaran distribusi minyak goreng.
”Kami akan koordinasi pasokan ke pasar. Sekarang kebutuhan per bulan di angka 58 ribu ton atau 60 juta liter. Kebutuhan besar karena jadi heart (pusat) untuk wilayah (Indonesia) Timur,” kata Oke.
Alasan itulah yang membuat Oke mengawasi distribusi minyak goreng dari Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur. Sebab 60 juta liter yang diberikan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri untuk menutup kebutuhan wilayah Indonesia Timur.
”Kebutuhan Jatim itu normalnya 58 ribu liter. Saya pasok rencananya 70 ribu liter. Saya maunya banjir (banyak stok),” papar Oke.
Biasanya, lanjut Oke, pasokan nasional atau kebutuhan minyak goreng per bulan mencapai 327 juta liter. Artinya, kebutuhan nasional mencapai 10–11 juta liter per hari.
”Sekarang saya gelontorkan 20 juta liter per hari. Sekarang sudah 6 hari sudah tersalurkan 146 juta liter. 22 juta liter di antaranya, mungkin 30 juta liter hari ini, 27 juta liter per hari kemarin. Mungkin sudah 30 juta liter di Jatim,” papar Oke.
Oke menegaskan, pihaknya mampu dan dapat menyalurkan minyak goreng tanpa bantuan ritel modern. Sebab kemampuan distribusi ritel modern hanya mencapai 25 juta liter per bulan.
”Sementara kebutuhan nasinal 327 juta atau 300 juta kalau mandek. Kalau 25 juta ritel modern dapat tekanan seolah barang langka padahal ada. Tapi di ritel modern lebih tertib karena ada jaminan konsumen dapat harga 14 ribu. Kalau di pasar rakyat enggak,” tutur Oke.