JawaPos.com–Fenomena hujan es di Kota Surabaya pada Senin (21/2) merupakan yang pertama dalam empat tahun terakhir. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geografi (BMKG) Tanjung Perak mencatat, Kota Surabaya tidak pernah mengalami hujan es.
”Hujan es di JawaTimur sejak 2019 di Bangkalan, Bojonegoro, Probolinggo. Di Surabaya baru pertama sejak 2019,” kata Ady Hermanto, koordinator Prakirawan BMKG Tanjung Perak ketika dihubungi pada Senin (21/2) sore.
Ady menjelaskan, fenomena hujan es itu diakibatkan awan cumolonimbus atau awan CB. Karakteristik awan CB salah satunya adalah mendung gelap.
”Awan ini memiliki 3 bagian. Bagian bawah air, tengah campuran air dan es, atas butiran/partikel es. Ketika daya down draft atau arus ke bawah lebih kuat, butiran ini terbawa dan terjadi hujan es,” terang Ady.
Sirkulasi angin terjadi di dalam awan tersebut, tepatnya di ketiga bagian awan. Bila angin di bagian bawah lebih tinggi, partikel di bagian tengah dan atas terbawa.
”Makanya kenapa sebelum hujan es, terjadi angin kencang dan hujan deras,” kata Ady.
Ady menyatakan, fenomena hujan es merupakan hal alami dan normal. Hal itu hanya terjadi dalam lingkup kecil.
”Ini fenomena alami. Sifatnya lokal/sempit. Hanya 5–10 kilometer. Kalau terjadi di Surabaya Barat, belum tentu di Surabaya Timur dan Utara juga ada (terjadi). Karena ini lokal,” urai Ady.
Dia menjelaskan, tidak semua awan CB juga mendatangkan hujan es. Salah satu faktor yang membuat hujan es terjadi adalah angin kencang.
”Fenomena normal di awan CB ini karena Jawa Timur masih musim hujan. Puncaknya Januari–Februari. Februari masih puncak musim hujan. (Hujan biasa) juga masih terjadi di siang dan sore, juga malam hari,” jelas Ady.
Ditanya apakah ada kemungkinan hujan es terjadi lagi, menurut Ady, hal itu tidak bisa diprediksi. Sebab secara umum, kejadian hujan biasa masih terjadi. Sehingga potensi kedatangan awan CB masih bisa terjadi.
”Nggak bisa diprediksi kapan datangnya dan dimana,” kata Ady.
Kemudian, mengapa hujan es pada Senin (21/2) hanya terjadi di wilayah Surabaya Barat? Ady menyebut tidak ada detail atau spesifikasi khusus.
”Sebab bila tinggi awan CB lebih rendah, bisa terjadi hujan es. Jadi nggak ada kriteria di Surabaya Barat apa gitu nggak ada. Ukuran es 3–5 cm itu normal,” papar Ady.