JawaPos.com- Fenomena hujan es tidak hanya terjadi di Surabaya. Kejadian langka itu juga dirasakan warga di wilayah Gresik Selatan. Di antaranya warga Driyorejo. Fenomena itupun menjadi ramai. Banyak warga yang mengunggahnya di media sosial.
‘’Ini baru pertama. Cuma butiran esnya kecil-kecil. Kejadiannya tidak lama. Air hujan rasanya juga lebih terasa dingin daripada biasanya,’’ kata Ahmad Nur, salah seorang warga Desa Wedoroanom, Driyorejo, Senin (21/2) sore.
Menurut Adi Hermanto, prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak, fenomena hujan es itu memang biasanya terjadi dalam radius 5-10 kilometer. Karena itu, jika wilayah Surabaya Barat terjadi fenomena hujan es, maka wilayah sekitarnya juga berpotensi merasakan.
Dia menjelaskan, hujan es itu terjadi karena awan Cumulonimbus (CB). Lebih lanjut Adi mengungkapkany, pada awan CB tersebut terdapat tiga macam partikel. Yakni, partikel air, air dan es, dan partikel es. ‘’Sebelum terjadi hujan es, biasanya disertai angin kencang lebih dulu dan hujan deras. Istilahnya luruh,’’ ungkapnya.
Secara sederhana, ciri-ciri awan CB itu bentuknya seperti sayur kol atau kubis. Awalnya, awan itu putih kemudian cepat menjadi abu-abu atau gelap, menjulang tinggi, dan terlihat bergerak dengan cepat. ‘’Nah, hujan es itu terjadi bergantung pembentukan dan pertumbuhan awan CB itu,’’ paparnya.
Ada beberapa fenomena dalam proses pembentukan dan pertumbuhan awan tersebut. Yakni, strong updraft and downdraft. Strong updraft merupakan pergerakan massa udara naik dengan sangat kuat yang dapat membawa uap air naik hingga mencapai ketinggian tertentu, di mana suhu udara menjadi sangat dingin hingga uap air membeku menjadi partikel es.
Nah, akibat proses updraft dan downdraft itu partikel es dan partikel air super dingin akan bercampur sehingga membentuk butiran es. Makin lama butiran es itu membesar. Ketika butiran es sudah terlalu besar, maka pergerakan massa udara tidak akan mampu lagi mengangkatnya. Kemudian, butiran es akan jatuh ke permukaan bumi menjadi hujan es.
Adi mengakui, fenomena hujan itu jarang terjadi. Seingatnya, di wilayah Jatim, pernah terjadi di Bangkalan dan Probolinggo.
Berdasarkan prediksi BMKG, puncak musim hujan terjadi pada rentang Januari-Februari. Dalam kurun waktu tersebut, terjadi hujan dengan intensitas rendah hingga tinggi dengan disertai angin kencang serta petir. Mulai Maret mendatang, intensitas hujan akan mulai mereda.
Dalam beberapa pekan terakhir, hujan lebat dengan disertai angin kencang juga terjadi di sejumlah wilayah Gresik. Bahkan, juga banyak pohon bertumbangan hingga atap rumah warga beterbangan.
Senin (21/2) sore, hujan deras disertai angin kencang terjadi di wilaya Gresik Utara. Di Desa Banyuwangi, Kecamatan Manyar, misalnya. Hujan lebat disertai angin kencang membuat sejumlah tiang listrik ambruk ke Jalan Raya Deandels. Insiden tiang roboh itu juga menimpa beberapa pengendara motor. Beruntung tidak ada korban jiwa.