JawaPos.com–Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bercerita sempat menjadi juru ketik di Dinas Bangunan Kota Surabaya. Padahal, saat itu Eri merupakan sarjana magister di Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya.
Saat itu, Eri pertama kali bergabung di Pemkot Surabaya golongan IIC. Eri juga sempat diminta seniornya untuk mengajar materi peraturan presiden (perpres) tentang pengadaan barang dan jasa.
”Sampean salah lek ngomong Pak Eri uripe langsung enak (Anda salah kalau bilang Pak Eri hidupnya langsung enak). Salah. Saya dari bawah, bukan dari golongan III jadi juragan. Tidak. Saya masih ingat betul, saya juga disuruh-suruh,” ungkap Eri dalam pengarahan kepada lurah dan camat secara virtual, Senin (21/2).
Dari situ, Eri Cahyadi memulai karirnya hingga kini menjadi Wali Kota Surabaya. Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu juga mengingat pesan ayahandanya, jangan pernah merasa rendah dan harus punya semangat tinggi, meskipun masih menjadi pegawai golongan II.
”Ketika saya dari golongan II, disuruh ngetik, lulusan pascasarjana ITS, ngununiku rasane yaopo (seperti itu gimana rasanya?). Harga diri jatuh, tapi saya tidak merasa jatuh berkat semangat dari Abah (ayah) saya. Dari situ, saya bisa belajar bagaimana menghormati wong cilik,” tutur Eri.
Oleh karena itu, Eri meminta seluruh aparatur sipil negara (ASN) dan tenaga kontrak (outsourcing) di Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya agar memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat.
”Ketika mendapatkan gaji, mendapatkan tunjangan, duite sopo? (uangnya siapa). Itu uangnya masyarakat yang bayar pajak, yang bayar retribusi, itu akhirnya masuk pendapatan asli daerah (PAD) kita. Disitulah kita bayar gaji ASN dan tunjangan, begitu pula dengan pembayaran gaji tenaga kontrak. Berarti apa, kembali lagi, itu uang dari rakyat Surabaya, dari itu jangan sombong jadi ASN dan tenaga kontrak,” terang Eri.
Dia juga meminta camat, lurah, serta seluruh ASN Pemkot Surabaya untuk tidak terlalu banyak teori ketika menghadapi permasalahan di tengah masyarakat. Perangkat daerah (PD), camat, dan lurah yang terlalu banyak teori, tidak akan bisa membawa perubahan signifikan bagi masyarakat.
”Ayo lah, jangan banyak teori. Tunggu ini dan itu, ayo berpikir out of the box, sing kreatiflah (yang kreatif),” ujar Eri.
Terakhir, alumnus SMAN 21 Surabaya itu juga meminta agar ASN dan tenaga kontrak di Kota Surabaya untuk tidak lupa dengan zakat. Zakat itu, nanti disalurkan kembali ke masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kota Pahlawan.
”Lek iku dilakoni (kalau itu dilakukan) Insya Allah urip iki enteng, ngadepi masalah iku yo enteng (hidup ini jadi mudah, menghadapi masalah pun juga mudah),” kata Wali Kota Eri.