JawaPos.com–Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 menyatakan, secara epidemiologis varian Omicron mempunyai potensi jauh lebih berbahaya dari varian Delta.
”Omicron muncul saat masyarakat dunia sudah memahami dan memiliki kesadaran untuk menjaga protokol kesehatan dan upaya 3T (testing, tracing, treatment) meskipun dengan tingkat penerapan yang berbeda-beda tiap daerah,” kata Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Syamsul Arifin seperti dilansir dari Antara di Banjarmasin, Minggu (20/2).
Syamsul merujuk data kementerian kesehatan, pasien Omicron yang meninggal karena belum vaksinasi lengkap rata-rata mereka terinfeksi setelah 5 bulan melakukan vaksinasi pertama. Hal itu menunjukkan bahwa jika vaksinasi kedua belum dilakukan padahal sudah 5 bulan atau lebih vaksinasi pertama hingga berpotensi memperberat kondisi penderita Covid-19.
”Ini bukti masih rendahnya kesadaran sebagian masyarakat terkait vaksinasi hingga munculnya varian Omicron sekarang,” jelas Syamsul, Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.
Syamsul menyesalkan informasi yang keliru tentang Omicron sangat banyak bertebaran di dunia maya. Di antaranya menyebut Omicron hanya menimbulkan gejala ringan pada semua usia dan atau tanpa vaksinasi. Sebab, vaksin dianggap tidak mampu melumpuhkan Omicron maupun informasi bahwa masker tidak mampu mencegah penularan.
”Informasi yang keliru seperti ini tentunya sangat menyesatkan. Faktanya kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat sejak menyebarnya varian Omicron termasuk korban meninggal dunia juga terjadi setiap hari,” beber Syamsul.
Terdapat tambahan 59.635 kasus baru infeksi Covid-19 hingga 18 Februari. Dari 1.090 pasien (karena Omicron) yang meninggal, 48 persen memiliki komorbid, 76 persen berusia lebih dari 45 tahun dengan 49 persen masuk usia lanjut dan 68 persen belum divaksinasi, dan 3 persen merupakan anak-anak 0–5 tahun.
Dengan memperhatikan data-data secara epidemiologis, Syamsul mengingatkan, masyarakat perlu mengenali varian Omicron secara menyeluruh. Bukan untuk menimbulkan ketakutan, namun menurut dia, dalam rangka meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan yang kini semakin masif.
”Apalagi varian Omicron memunculkan banyak gejala ringan bahkan tanpa gejala yang jika penderita tersebut tidak mematuhi isolasi mandiri tentunya terjadi penularan tanpa disadari,” ucap Syamsul.
”Dengan kewaspadaan tinggi menerapkan prokes diharapkan dapat menekan lajunya pertumbuhan Covid-19, di samping mengejar pencapaian vaksinasi lengkap di seluruh Indonesia,” tambah dia.