Kenangan dan Penghormatan Jais Darga untuk Ibunda dalam Before, Now & Then (Nana)
Jais Darga tahu, kasih sayang ibundanya tak akan pernah bisa dibalas dengan apa pun. Namun, dia bisa memberikan kado terbaik untuk sang ibu, Raden Nana Sunani. Yakni, mengangkat salah satu babak penting kehidupan sang ibu dalam sebuah film.
—
DI balik kebanggaan masyarakat Indonesia atas kemenangan Laura Basuki dalam ajang Berlinale 2022, ada keharuan yang menghangatkan dada Jais Handiana Dargawidjaja. Perempuan 63 tahun itu adalah produser eksekutif Before, Now & Then (Nana), film yang membuat Laura mendapatkan The Silver Bear for Best Supporting Performance tersebut. Dan, dari Jais pula, inspirasi film itu berasal.
“Film ini buat mami. Sayang, beliau belum sempat menyaksikan film ini jadi,” ungkap Jais saat ditemui wartawan Jawa Pos Dinarsa Kurniawan di Grand Hyatt, Berlin, pada Rabu (16/2). Dengan mata berkaca-kaca, art dealer yang di Eropa dikenal sebagai Madam Darga itu menyatakan bahwa sang ibu, Nana, berpulang pada 2019.
Karena gagasan untuk memfilmkan kisah Nana ada sejak 2018, ibunda Jais itu sudah mendengar kabar adanya film tersebut. Apalagi, episode inspiratif kehidupan sang ibu lebih dulu Jais abadikan dalam salah satu bab roman biografi. Judulnya Jais Darga Namaku. Buku yang ditulis Ahda Imran itu terbit pada 2018.
Nana, menurut Jais, juga sempat melihat draf naskah untuk film yang kemudian disutradarai dengan apik oleh Kamila Andini tersebut. Pada masa-masa awal pematangan ide untuk mengangkat biografi itu ke layar lebar, Jais bertukar banyak pendapat dengan sang ibu. Ketika itu, Nana berusia 92 tahun.
’’Terima kasih, Jais, mau bikin film tentang mami. Ini bakalan mendunia filmnya,’’ kata Jais mengulang kata-kata Nana pada waktu itu. Dia menambahkan bahwa tujuan utamanya membuat film tentang sang ibu adalah mematri kenangan indah yang diyakininya akan menginspirasi banyak orang. Dia ingin khalayak melihat perjuangan Nana sebagai ibu empat anak sekaligus istri seorang menak alias bangsawan Sunda.
Selain berbincang dengan Nana, Jais banyak berdiskusi dengan Happy Salma tentang idenya itu. Jais dan Happy adalah sahabat dekat. Dari awal, mereka berdua sepakat bahwa yang akan memerankan Nana dalam film tersebut adalah Happy. Dalam diskusi mereka pula, muncul nama Kamila. Kamila kemudian dipercaya sebagai sutradara.
Jais mengaku sudah melihat karya-karya Kamila sebelumnya. Pemilik Darga Gallery di Sanur, Bali, tersebut yakin putri sineas Garin Nugroho itu tidak akan mengecewakannya. Maka, dia pun mantap membiayai produksi film dengan uangnya sendiri. ’’Banyak yang tanya, kamu nggak takut nih uangnya hilang. Saya bilang, namanya kado, saya nggak berpikir tentang berapa uang yang harus saya keluarkan,’’ paparnya.
Saat pembuatan film mulai berlangsung, sejumlah sponsor masuk. Namun, sebagian besar biaya tetap Jais yang menanggung. Tekadnya sudah bulat untuk mempersembahkan kado bagi Nana.
Lalu, bagaimana komentar Jais setelah film ditayangkan dalam perhelatan Berlinale 2022? ’’Bagus banget,’’ tegasnya. Saat menyaksikan premiere, dia sempat tertegun. Menurut dia, film yang digarap Kamila itu luar biasa. Bahkan melebihi ekspektasinya.
’’Sebelumnya kan masih ada editing dan revisi. Waktu di premiere itu saya menonton sudah komplet, kan. Sama musiknya dan segala macam. Bagus banget,’’ seru Jais. Dia menyaksikan Before, Now & Then (Nana) kali pertama di Berlinale Palast.
Dalam kesempatan itu, Jais juga mengapresiasi Kamila. Menurut dia, Kamila berhasil mengeksekusi gagasan-gagasannya dengan sempurna. ’’Bahasa yang dipakai, pakaiannya, dulu mami memang pakai kain seperti itu. Akting Happy juga luar biasa. Saya sampai panggil-panggil mami sambil cubit Happy waktu nonton di premiere,’’ ucapnya.
Di mata Jais, film besutan Kamila itu bukan sekadar tontonan. Before, Now & Then (Nana) adalah karya personal yang memotret kekuatan perempuan dengan cara yang sungguh luar biasa indah. Jais menegaskan bahwa film itu adalah persembahan dari perempuan untuk perempuan. ’’Saya tahu mami pasti senang dan bangga dengan film ini,’’ tandasnya.