JawaPos.com – Pemerintah terus mendorong hilirisasi produk mineral dan batubara (minerba) dengan tujuan meningkatkan nilai tambah. Ini sekaligus menjadi sumber penerimaan negara dan memenuhi kebutuhan dalam negeri serta ekspor, termasuk menghasilkan bahan baku energi bersih.
Merealisasikan hal tersebut, PT Smelting yang beroperasi di Gresik, Jawa Timur pun melakukan ekspansi lahan produksi smelter tembaga sebesar 30 persen dari kapasitas sebelumnya dengan modal pengeluaran (capital expenditure) sebesar Rp 3,2 triliun. Kapasitas produksi yang semula 300 ribu ton akan menjadi 342 ribu ton katoda tembaga per tahun.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Komersial Irjuniawan P Radjamin mengatakan bahwa pembangunan perluasan pabrik ini diperkirakan akan memakan waktu dua tahun. “Ditargetkan, pembangunan selesai sebelum akhir Desember 2023,” kata dia dalam siaran pers, Minggu (20/2).
Selama ini, PT Smelting mengolah konsentrat tembaga hasil tambang PT Freeport Indonesia di Papua. PT Smelting mempunyai tiga pabrik, terdiri dari pabrik peleburan (smelter), pabrik pemurnian (refinery) dan pabrik asam sulfat.
“Pekerjaan ekspansi kali ini untuk menambah pabrik asam sulfat baru. Juga menaikkan kapasitas beberapa peralatan di smelter dan menambah jumlah sel elektrolisa di refinery,” jelas Wawan,
Dengan pembangunan ekspansi pabrik kali ini, berarti PT Smelting telah empat kali melakukan peningkatan kapasitas produksi. Tahap pertama, kapasitas produksi katoda tembaga hanya 200 ribu ton per tahun.
Pada 1999, ekspansi pertama dilakukan dengan menambah kapasitas produksi katoda tembaga menjadi 255 ribu ton per tahun. Berikutnya, pada 2001 ditingkatkan lagi menjadi 270 ribu ton.
Ekspansi ketiga 2009 menjadi 300 ribu ton per tahun. Dengan pembangunan pabrik baru ini, PT Smelting yang semula hanya mengolah 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun, akan meningkat menjadi 1,3 juta ton konsentrat per tahun.
“PT Smelting terus berkomitmen untuk terus berkontribusi terhadap negeri kita tercinta. Dengan peningkatan kapasitas produksi ini, tentu akan makin mengokohkan Indonesia sebagai salah satu produsen tembaga dunia,” tegas Wawan.
Adapun, groundbreaking pembangunan ekspansi pabrik smelter tembaga pertama dan satu-satunya di Indonesia ini dilakukan Menteri Koordinator Bidang (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perindustrian (Menperi) Agus Gumiwang pada Sabtu (19/2) kemarin.
Dalam kesempatan tersebut, ekspansi PT Smelting tidak hanya memenuhi kebutuhan produk di dalam negeri, seperti katoda tembaga untuk industri kawat/kabel (wire), batangan tembaga (rod bar), industri kimia, serta produk samping berupa asam sulfat untuk bahan baku pabrik pupuk serta copper slag dan gipsum sebagai bahan baku semen. Namun, juga untuk memenuhi kebutuhan ekspor katoda tembaga dan tembaga telurida.
“Kekuatan industri copper di Indonesia akan terus ditingkatkan dan klaster yang ada di Gresik tentunya perlu terus didorong, sehingga Pak Bupati Gresik ini bisa juga menjadi Bupati Tembaga,” tutur Menko Airlangga.