JawaPos.com – Rindu. Perasaan itu kadang menyelimuti Thar Gyi. Tiga bulan ini dia tidak bisa berkumpul dengan keluarganya. Bukan karena jauh, melainkan imbas stigma Covid-19 yang masih melekat di masyarakat Myanmar. Thar Gyi adalah relawan yang mengoperasikan ambulans untuk mengangkut pasien umum maupun penderita Covid-19 ke rumah sakit. Dia juga mengantar mereka yang meninggal guna dikubur maupun dikremasi.
Tiga bulan lalu pasien yang diantar ternyata positif Covid-19. Sejak itulah keluarganya melarang pulang. Mereka takut tertular. ’’Mereka mengirimkan tas berisi barang-barang saya ke sini,’’ ujar Thar Gyi seperti dikutip Agence France-Presse.
Dia dan sekitar 20 relawan lainnya kini tinggal di gedung tidak terpakai di Taungoo. Dulu gedung itu adalah bangunan dari salah satu universitas di kota tersebut. Namun, kini gedung itu mangkrak dan menjadi markas para relawan yang dilarang pulang. Bangunan tersebut jelas jauh dari kata layak. Para relawan itu terdiri atas berbagai profesi. Mulai sopir ambulans, pelaut, hingga biksu.
Sebagian di antara relawan itu sudah terpapar Covid-19 dan sembuh. Namun, meski sudah negatif, keluarga mereka tetap menolak. Ketika rindu membuncah, Thar Gyi dan para relawan lainnya pulang. Namun, mereka hanya sampai di depan pintu. Mereka bercakap jarak jauh atau hanya melihat dari jendela. Saat datang, keluarga mereka memasakkan makanan kesukaan mereka. Namun, makanan itu diletakkan di teras.
’’Mereka tidak membiarkan saya masuk,’’ ujar Thar Gyi. Dia sejatinya sudah diterima sebagai pelaut oleh perusahaan asing. Namun, karena pandemi, pekerjaan itu tertunda.
Gedung kosong yang ditinggali para relawan tersebut jauh dari permukiman penduduk. Itu menjadi tempat yang tepat untuk memarkir mobil ambulans ketika mereka pulang saat malam. Penduduk Myanmar tidak mau ambulans diparkir di depan rumah mereka.
’’Mereka biasanya lari sambil menutup hidung. Mereka pikir ambulans kami membawa virus,’’ terang Kumara, biksu yang jadi relawan sejak Juni.
Penularan virus SARS-CoV-2 di Myanmar memang sulit terkendali. Kudeta membuat para tenaga medis mogok kerja. Hanya sedikit rumah sakit yang beroperasi.