”In a world where people are surrounded by darkness, ignorance and fear, it is a sign of hope to be celebrating Islam’s message of peace and light, and the last great Messenger, born and chosen to deliver them to all mankind.” – Cat Stevens

APA signifikansi peringatan hijrah dalam kehidupan sosial Islam di era globalisasi? Resapilah ucapan Yusuf Islam (aka Cat Stevens) di atas, ”Di dunia di mana umat manusia dikelilingi kegelapan, kebodohan, dan ketakutan, itu adalah tanda untuk menggemakan pesan Islam yang damai dan sebagai lentera dari Nabi Muhammad guna menghantarkan ajaran untuk seluruh umat manusia.”

Bahaya radikalisme ajaran agama belakangan ini menjadi perhatian pemerintah karena mengancam keberagaman di Indonesia. Peringatan hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Makkah ke Madinah, selain menghidupkan nilai-nilai perjuangan Rasulullah, juga sangat tepat untuk dijadikan deradikalisme. Bangsa kita sangat menghargai dan menghormati kebebasan berekspresi yang dijamin UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi NKRI.

Namun, kebebasan berekspresi di tengah keberagaman ini jangan dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu yang bersifat radikal. Deradikalisasi yang tepat adalah dengan cara persuasif, baik melalui diskusi maupun kegiatan positif lainnya. Umat muslim harus bisa menunjukkan Islam hadir untuk semesta alam.

Sebagian pihak memanfaatkan agama untuk memecah belah umat demi tujuan sempit, yaitu kekuasaan. Hal ini sungguh mengkhawatirkan sekaligus memprihatinkan kita semua. Untuk itu, masyarakat seyogianya makin kritis dalam menerima ceramah dari ulama. Kita harus saring mana yang baik dan mana yang buruk substansi ceramah tersebut.

Karena tak semua ulama berperilaku lurus dan sesuai sunah nabi. Banyak yang memanfaatkan posisinya di masyarakat sebagai ulama demi kepentingan pribadinya. Hal ini bukan untuk merendahkan ulama, karena semuanya tak seperti itu. Hal ini sebagai upaya preventif untuk menjaga diri kita sendiri dari bahaya fitnah dan adu domba.

Saat Nabi Muhammad terlahir untuk memperkenalkan Islam di masyarakat Arab pada sekitar abad ke-6 Masehi, beliau mengajarkan secara persuasif. Beliau tak memikirkan bahwa ajarannya akan menggeliat ke seantero belahan dunia. Kini setelah 15 abad sejak agama ini diperkenalkan, impresinya telah menggetarkan jagat bumi.

Dalam laporan bertajuk Mapping the Global Muslim Population, sebuah lembaga survei yang berkedudukan di Washington, Amerika Serikat, The Pew Forum on Religion and Public Life menyodorkan data tentang jumlah muslim dunia yang melonjak hampir 100 persen dalam beberapa tahun terakhir.

Angka pasti menurut laporan itu, jumlah penganut Islam di seluruh dunia saat ini telah mencapai 1,57 miliar jiwa. Artinya, satu di antara empat penduduk dunia mempraktikkan ajaran Islam dalam kehidupan keseharian mereka.

Lembaga survei ini memang terkenal getol dalam melakukan penelitian soal kehidupan sosial dan keagamaan. Bukan hanya masyarakat muslim di AS, penganut agama dan aliran kepercayaan lain pun tak ketinggalan untuk mereka survei, terutama menyangkut angka kuantitas. Misalnya, mereka juga menyurvei penganut Mormonisme, sebuah sekte kekristenan di AS yang memperbolehkan poligami. Pengaruh sekte ini sangat mengakar dalam peta politik AS.

Dalam laporan itu, Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di seluruh dunia, lebih kurang 203 juta atau 13 persen dari seluruh penduduk muslim dunia. Sebanyak 60 persen jumlah muslim dunia tinggal di kawasan Asia, bukan di Timur Tengah, tempat asal ajaran agama ini. Sementara itu, Eropa disebut sebagai negara yang pertumbuhan jumlah penduduk muslimnya sangat cepat.

Sekarang Benua Biru itu menjadi rumah bagi 38 juta muslim atau 5 persen dari seluruh populasi. Jumlah penduduk muslim di Jerman, misalnya, lebih kurang 4 juta orang, hampir sama dengan jumlah gabungan muslim di Amerika Utara dan Selatan. Di Benua Amerika, sebanyak 4,6 juta muslim tinggal di sana dan hampir separo dari jumlah itu ada di Amerika Serikat. Sedangkan di Kanada jumlah muslimnya mencapai 700 ribu jiwa atau 2 persen dari seluruh populasi.

The Pew Forum juga menyodorkan data yang cukup mengagetkan. Misalnya, jumlah penduduk muslim di Jerman ternyata lebih banyak daripada Lebanon, muslim di Tiongkok lebih banyak daripada Syria, dan muslim di Rusia lebih banyak daripada gabungan jumlah muslim Jordania dan Libya.

Lepas dari data statistik itu, negeri-negeri Islam secara umum adalah populasi dengan jumlah penduduk miskin yang tinggi. Seperti nasib umat Islam di Afrika (Ethiopia, Nigeria, Somalia) dan Asia (Pakistan, Bangladesh, India, termasuk Indonesia). Padahal, negeri-negeri Islam secara umum punya kekayaan alam yang melimpah ruah. Tingkat kebodohan di dunia Islam masih tinggi.

Secara politik, jumlah populasi muslim yang besar itu tidak membuat umat Islam menjadi negara adidaya. Meskipun sudah merdeka secara formal, sebagian besar negeri Islam masih berada dalam bayang-bayang penguasa global seperti AS.

Maka, tidaklah mengherankan meskipun jumlahnya besar, umat Islam tidak bisa membebaskan diri atau membebaskan saudaranya yang ditindas di berbagai kawasan dunia Islam seperti Chechnya, Iraq, Afghanistan, Pakistan, Thailand Selatan, Filipina Selatan, Xinjiang, Bosnia, atau Palestina. Umat Islam belum bisa berbuat banyak menghentikan kekejaman Israel.

Padahal, jumlah penduduk Israel hanya 8 juta. Bandingkan dengan gabungan Iran (74 juta), Iraq (30 juta), Syria (20 juta), Arab Saudi (25 juta), Yaman (23 juta), dan Mesir (79 juta) saja, populasi muslim hampir mencapai 251 juta. (*)


*) ISMATILLAH A. NU’AD, Peneliti Indonesian Institute for Social Research and Development, Jakarta

By admin