JawaPos.com – Pemerintah mengalokasikan Rp 3,7 triliun untuk laptop chromebook lokal. Hal ini pun menjadi bahan perbincangan karena masih banyak publik yang belum familiar akan produk ini.
Adapun, chromebook ini merupakan operating system (OS) milik Google yang menggunakan sistem cloud computing untuk penyimpanan data. Dengan dibuat oleh perusahaan lokal, diharapkan harganya pun akan murah.
Akan tetapi, kenyataannya Kemendikbudristek menganggarkan pagu sebesar Rp 6,5 juta per laptop. Sementara produk luar yang dijual melalui marketplace memiliki harga Rp 4,85 juta, spesifikasinya pun lebih tinggi.
Mengenai itu, Founder DUGI-Partner resmi Google for Education Sri Hargyanto Suryoprayudo menuturkan bahwa kemungkinan produk tersebut tidak memiliki license manageability, yakni perangkat lunak untuk mengelola penggunaan laptop.
“Jadi harga di Tokopedia ini barangkali belum ada license manageability, jadi belum ada education upgrade license, jadi ini ibarat chromebook tidak terdaftar, tida bisa di-manage,” kata dia melalui siaran YouTube VOX Populi Institute Indonesia, Senin (9/8).
Sebab, untuk memasang perangkat tersebut, tentunya ada biaya tambahan. Itu lah mengapa harganya bisa berbeda dan ini hal yang wajar.
“Ini memang ada ongkosnya untuk manage. Itu mungkin belum termasuk jadi harganya betul berbeda. Ada tata niaga yang berbeda, ini retil dan ini melalui mekanisme,” terang dia.