JawaPos.com – Ada cukup banyak penyebab yang membuat cakupan program vaksinasi di wilayah Jawa Timur (Jatim) masih cukup jauh dari target 75 persen. Selain ketidaklancaran distribusi vaksin dari pusat yang jadi pemicu utama, realisasi vaksinasi antardaerah pun tidak merata.

Pelaksanaan vaksinasi di sejumlah daerah sudah cukup tinggi. Berkisar 50–70 persen untuk dosis pertama. Namun, ada pula daerah-daerah dengan capaian vaksinasi yang masih rendah. Bahkan belum mencapai 10 persen dari target. Karena itu, strategi baru untuk mempercepat pelaksanaan vaksinasi tengah dijajal Pemprov Jatim, yakni memberlakukan vaksinasi berbasis aglomerasi (kesatuan wilayah).

Ketua Rumpun Kuratif Satgas Covid-19 Jatim dr Joni Wahyuadi menyebutkan, skema aglomerasi sangat penting. ”Strategi ini akan mendorong pemerataan cakupan vaksinasi di semua daerah,” ucapnya.

Joni menjelaskan, skema aglomerasi mulai diterapkan akhir pekan lalu. Di antaranya dengan menggelar serbuan vaksinasi di Malang Raya dengan target 30 ribu sasaran. Sedangkan vaksinasi aglomerasi untuk wilayah Surabaya Raya bakal diprioritaskan di Gresik (yang mencapai 28 persen lebih dari target) dan Sidoarjo (yang mencapai 32 persen lebih dari target). Khusus Surabaya sudah tembus 70 persen. Tenaga kesehatan yang dilibatkan berasal dari beberapa daerah terdekat.

”Kalau semua cakupan berdasar aglomerasi maksimal, herd immunity akan terwujud,” imbuh dia.

Di sisi lain, pemprov bersama pemerintah kabupaten/kota juga memberikan prioritas vaksinasi bagi kelompok difabel. Menurut data Dinas Sosial (Dinsos) Jatim, ada lebih dari 51 ribu difabel. Dari jumlah tersebut, 50 persennya sudah divaksin. ”Jenis vaksin yang diberikan Sinopharm,” kata M. Alwi.

Kepala Dinsos Jatim itu menceritakan, antusiasme para penyandang disabilitas untuk mengikuti vaksinasi sangat besar. Terbukti, kuota yang diberikan selalu penuh. Partisipasi yang luar biasa tersebut dinilai membantu program pemerintah dalam mewujudkan herd immunity. ”Kami mengapresiasi peran dan partisipasi mereka,” kata Alwi.

Vaksin yang diberikan bagi difabel adalah Sinopharm. Sebelumnya Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memberi ruang bagi difabel.

Di sisi lain, problem distribusi vaksin memang masih jadi persoalan utama. Bukan hanya vaksin dosis pertama, situasi yang sama terjadi pada vaksin untuk dosis kedua. Saat ini Jatim masih kekurangan 4,2 juta vaksin dosis kedua yang masa penyuntikannya sudah jatuh tempo.

Menanggapi hal itu, Joni Wahyuadi menegaskan bahwa pemerintah pusat sedang mengupayakan. ”Masa tunggu dosis kedua bisa dua kali waktu yang diberikan, yakni sekitar 28 hari,” ungkapnya.

SEBARAN SASARAN VAKSINASI DI JATIM

Lansia : 20,3 persen

Warga umum/rentan : 11,1 persen

Petugas publik : 200,2 persen

Tenaga kesehatan : 114,29 persen

Usia 12–17 tahun : 6,98 persen

Sumber: vaksin.kemkes.go.id

Catatan:

– Data di atas adalah realisasi untuk vaksinasi dosis pertama.

– Persentase berdasar target per sasaran.

By admin