Di tanah air, zucchini masih tergolong sayur eksotis. Harganya tinggi, stoknya pun tak selalu ada di pasaran. Padahal, kerabat mentimun itu bisa ditanam di halaman sendiri. Perawatannya relatif mudah. Namun, dibutuhkan kecermatan pekebun agar panen memuaskan.

YOSIE Natalia mengenal zucchini kali pertama dari salah satu episode kompetisi MasterChef. Saat itu yang diolah adalah buah dan bunga tanaman dari keluarga Cucurbitaceae tersebut. ’’Karena penasaran, saya ke supermarket. Harganya termasuk mahal, enggak seperti timun. Selain itu, enggak ada yang menjual bunganya,” ungkapnya. Yosie pun memutuskan menanam sendiri zucchini di rumahnya.

Perempuan yang tinggal di Salatiga itu menjelaskan, zucchini tergolong tanaman yang lekas tumbuh. Dia menceritakan, tanaman pertamanya berupa bibit semai. ’’Satu bulanan dirawat, sudah berbunga,” ungkapnya. Yosie menyatakan, syarat tumbuhnya pun tak berbeda jauh dari tanaman sayur lainnya. Media tanamnya harus gembur dan porous. Karena ditanam di rumah, dia menggunakan planter bag atau polybag. ’’Butuh wadah besar karena tipe akar zucchini ini memenuhi tempat tumbuhnya,” imbuh pekebun yang rajin berbagi tips di akun Instagram kebunlio itu.

ORGANIK: Zucchini yang sukses ditanam Yosie Natalie. Agar berbuah, saat penyerbukan harus dibantu. (Yosie Natalie for Jawa Pos)

Karena untuk konsumsi sendiri, Yosie menerapkan sistem kebun organik. Tidak ada pestisida atau pupuk kimia. Untuk tambahan nutrisi, dia lebih memilih memakai air cucian beras dan air dari komposter. ’’Di media tanamnya, juga bisa ditambah pupuk kandang atau kompos,” lanjutnya. Pemilik usaha sirup jahe merah itu menilai, zucchini organik memiliki masa simpan yang lebih lama dan rasa yang lebih baik ketimbang yang dirawat dengan bahan sintesis.

Dia menilai, tantangan merawat zucchini muncul di masa berbunga. Memang, di satu pohon zucchini, ada bunga jantan dan betina. Namun, penyerbukannya tetap membutuhkan bantuan serangga atau manusia. ’’Kalau enggak terjadi polinasi (penyerbukan), memang akan jadi buah. Tapi, enggak sebesar yang polinasinya berhasil,” ungkap Yosie. Dia pun mengakalinya dengan polinasi buatan.

Yosie menyatakan, masa berbunga zucchini singkat. ’’Bunganya hanya mekar sehari dan saat pagi. Biasanya, dari sekitar subuh sampai pukul 08.00,” paparnya. Pada saat itulah, polinasi dilakukan. Serbuk sari dari bunga jantan disapukan ke bunga betina. Setelah polinasi selesai, proses berbuah perlu didukung nutrisi tanah maupun dari pupuk alami. Pekebun baiknya tak ”menjadikan” semua buah.

ORGANIK: Zucchini yang sukses ditanam Yosie Natalie. Agar berbuah, saat penyerbukan harus dibantu. (Yosie Natalie for Jawa Pos)

’’Saran saya, di satu pohon, pertahankan satu buah saja yang paling bagus,” lanjutnya. Yosie menjelaskan, zucchini bisa dipanen jika buahnya telah mencapai ukuran 15–20 cm. Di ukuran tersebut, buah ada di kondisi yang paling baik dan ideal untuk dikonsumsi. Namun, untuk zucchini yang akan ”dipanen” bijinya untuk disemai, baiknya buah dibiarkan hingga mencapai ukuran maksimal. ’’Kalau sudah tua banget, biasanya baru akan muncul biji keras. Mirip labu. Tapi, itu pun tak banyak, hanya 1–2 per satu buah,” imbuhnya.

Menurut Yosie, zucchini memiliki rasa yang cukup beda dengan mentimun. Teksturnya lebih padat, nyaris tanpa biji, dan berwarna putih susu. Ia pun mudah diolah. ’’Bunga dan buahnya bisa digoreng tempura. Untuk yang sedang diet, biasanya buahnya dipakai untuk pengganti pasta atau noodle,” paparnya. Siap bertanam zucchini di rumah?

By admin