JawaPos.com – Berbagai vitamin dan kebutuhan suplemen menjadi kebutuhan bagi setiap orang selama pandemi. Bahkan pasien sedang isolasi mandiri di rumah pun harus mengonsumsi berbagai vitamin. Salah satunya vitamin C. Berapakah dosis yang tepat?

Menanggapi hoaks mengenai konsumsi vitamin C berdosis 1.000mg yang dianggap berlebihan dan mengancam kesehatan, Praktisi Kesehatan dr. Gia Pratama, menjelaskan sistem pencernaan manusia memiliki kemampuan terbatas untuk menyerap vitamin C. Berbagai studi memperlihatkan bahwa penyerapan vitamin C dalam tubuh mengalami penurunan hingga dosisnya tersisa kurang dari 50 persen.

Lalu, begitu jaringan tubuh mengalami kejenuhan vitamin C (atau kandungan berlimpah), maka jumlah yang berlebih akan terekskresi melalui urine. Artinya, pada individu yang sehat, vitamin C berdosis tinggi tidak membahayakan tubuh. Lalu berapa dosis yang aman?

“Asalkan tidak melebihi batas dosis maksimal 2.000mg per hari,” katanya secara daring baru-baru ini dalam webinar bersama HelloSehat dan Kementerian Kesehatan, serta Redoxon, bertajuk, ‘Hoaks, Fakta, Sains Pejuang Isoman Covid-19’.

Konten keliru lain yang tersebar menyebut konsumsi suplemen berjenis tablet effervescent yang dianggap mengandung soda dan membahayakan tubuh. Menurut Country Medical Lead Consumer Health Bayer Indonesia dr. Suci Sutinah suplemen dalam format effervescent justru memiliki kelebihan lebih mudah diserap.

Sebab, saat masuk ke dalam tubuh sudah berbentuk cairan tidak lagi berupa tablet padat. Gelembung gas karbondioksida yang terbentuk berfungsi membantu penyerapan mikronutrisi di dalam saluran cerna. “Buih atau gelembung tersebut berbeda dengan minuman bersoda karena tidak mengandung gula sama sekali dan tidak menyebabkan kembung sehingga aman untuk lambung,” katanya.

Juru Bicara Vaksinasi dan Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan informasi yang keliru mengenai Covid-19 tidak hanya membingungkan masyarakat, tetapi juga berisiko membahayakan kesehatan. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah memberikan informasi yang benar berlandaskan sains untuk penanganan Covid-19 secara menyeluruh, termasuk tatalaksana bagi pasien isoman.

“Tak terkecuali, pedoman isoman secara non-farmakologis (non-obat), seperti panduan menjaga rumah tetap higienis serta perilaku 3M oleh pasien dan keluarganya. Juga, tak kalah penting, panduan secara farmakologis (terkait obat-obatan), termasuk anjuran pentingnya nutrisi tambahan meliputi vitamin C, D dan Zinc untuk membantu membangun imunitas tubuh,” lanjutnya. “Pemahaman yang benar mengenai asupan nutrisi yang tepat dalam menjaga dan memulihkan imunitas tubuh juga tak kalah penting,” kata Nadia. (*)

By admin