JawaPos.com – Pemerintah akan melaksanakan proyek pembuatan laptop chromebook yang dilakukan oleh industri elektronik dalam negeri. Proyek yang menelan biaya sangat besar ini pun menjadi bahan perbincangan publik. Sebab, banyak orang yang masih awam akan teknologi tersebut.

Merespons hal itu, Founder DUGI-Partner Google for Education Sri Hargyanto Suryoprayudo mengatakan, laptop chromebook itu adalah satu perangkat yang akan melengkapi ekosistem Google. Chromebook ini berbeda dengan laptop biasa, yakni sistem penyimpanannya menggunakan cloud computing, bukan personal.

“Kalau yang biasa itu seluruh informasi ada di dalam laptop sendiri, tapi kalau chromebook ini di cloud jadi kapasitas penyimpnannya kecil saja, tidak perlu banyak-banyak,” terang Sri dalam diskusi daring, Minggu (8/8).

Oleh karenanya, chromebook hanya memiliki daya penyimpanan sebesar 32 gigabyte (GB). Laptop ini juga dinilai cocok digunakan untuk dunia pendidikan, karena memakai sistem share-able atau bisa dipakai orang lain ini

“Prosesor juga tidak besar tidak terlalu canggih karena komputasi tidak dilakukan di komputer itu. Chromebook cocok untuk dunia pendidikan karena ringan, efisiensi sekali, sekali charge bisa 10 jam. Booting juga cepet 10-15 detik itu nyala, artinya misalnya dipakai bergantian ini akan memudahkan,” kata dia.

“Chromebook ini bukan personal computer, karena cloudbase, jadi akun yang masuk itu yang bisa mengakses akun itu, chromebook tidak menyimpan data siapa-siapa. Bisa dipakai offline, karena ada storage (32GB). Jadi ketika sudah tersambung internet, itu langsung masuk drive pengguna (akun),” sambungnya.

Pengelolaan dalam penggunaan chromebook ini juga dirasa akan sangat bermanfaat dalam pemantauan aktivitas siswa ketika mengakses suatu konten di internet. Bahkan, chromebook juga bisa diatur pemakaiannya, seperti tidak bisa diakses sesuai jam tertentu.

“Misalnya di pesantren anak-anak jam 9 harus tidur itu laptop itu mati, lalu kalau bukan akun pendidikan tidak bisa masuk, informasi kita batasi, pornografi dan game kekerasan tidak boleh, informasi mengganggu keamanan bangsa kita batasi,” tutur dia.

“Dari sisi aset, misalnya hilang atau tidak kembali dibawa pulang sama muridnya, itu bisa dimatikan dan tidak bisa dipakai. Chromebook itu bisa dilihat siapa yang pakai dan jamnya, bisa kita patok seberapa besar pemanfaatannya untuk pendidikan, dikasih kuota untuk YouTube atau apa, itu bisa dilihat dan dianalisa,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Wikan Sakarinto mengatakan terdapat enam produsen dalam negeri akan membuat laptop chromebook. Para produsen akan memproduksi laptop tersebut pada 2022 mendatang.

“Keenam produsen dalam negeri ini akan membantu memproduksi ratusan ribu laptop pada tahun 2022,” ujar dia dalam webinar Google for Education, Selasa (3/8).

By admin