JawaPos.com – Sejak pandemi Covid-19 merebak, dunia pendidikan tidak bisa berjalan normal. Pembelajaran tatap muka berganti menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kebijakan itu memang memiliki kekurangan. Namun, saat ini menjaga agar anak tetap sehat merupakan prioritas utama.
Ada beragam jenis PJJ. Pertama, metode dalam jaringan (daring). Misalnya, lewat aplikasi Zoom. Guru bertemu langsung dengan siswa di dunia maya.
Kedua, melalui luar jaringan (luring). Contohnya, pembelajaran disampaikan melalui televisi. Ketiga, lewat pemberian tugas. Sekolah menyampaikan tugas lewat WA. Selanjutnya, siswa diminta menyelesaikan.
PJJ memiliki kekurangan. Karena tidak bertemu langsung, guru tidak bisa mengamati perilaku siswa. Ilmu yang disampaikan pun belum tentu dipahami seluruh pelajar. Belum lagi keluhan dari wali murid. Setiap hari orang tua harus menemani anaknya belajar.
Kekurangan itu harus secepatnya dibenahi. Persoalan yang menumpuk wajib dicarikan solusi. Tujuannya, pelajar kembali belajar dengan nyaman. Antisipasi lost generation sebagai dampak penurunan kualitas pendidikan.
Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Juli Poernomo Slamet menuturkan, pendidikan di masa pandemi memang berbeda. ”Sistem PJJ diterapkan karena kondisi,’’ jelasnya.
Pendidikan dan kesehatan merupakan kebutuhan primer. Keduanya sama pentingnya. Namun, saat ini pemerintah harus memilih. Mana yang paling menjadi perhatian. ’’Ketika sakit, angel nompo pelajaran,’’ ucapnya.
Agar tidak terjadi penurunan kualitas pendidikan, ada sejumlah langkah yang harus dilakukan. Pertama, peran orang tua. Wali murid harus aktif mendorong anaknya untuk terus mengikuti pembelajaran.
Orang tua menjadi pendamping. Saat PJJ berjalan, wali murid berada di sebelah anaknya. ’’Memberikan support serta ngelingno,’’ jelasnya.
Kedua, tekad. Seluruh orang tua serta siswa harus memiliki niat. Tetap belajar meski tidak bertemu langsung dengan guru. Contohnya, sederhana. Bangun pagi sebelum sekolah dimulai. Bersiap menerima pelajaran.
Yang tidak kalah penting adalah kreativitas guru. Tenaga pendidik dituntut menyampaikan materi ajar dengan baik. Pelajaran yang diberikan harus bisa dimengerti.
Tentu tidak mudah. Juli mengakui, PJJ tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, pemkot terus melakukan perbaikan. Menurut dia, PJJ cuma sistem.
Sementara itu, para pendamping program pendidikan terus berupaya keras agar pembelajaran di masa pandemi berjalan lancar. Salah satunya Imam Machmudi. Pendamping program Kampung Lawas Maspati Inggris Surabaya (KLAMIS) itu memanfaatkan taman baca kampung untuk memperkuat dan mengasah kemampuan siswa.
”Adanya Taman Baca Maspati itu yang kami manfaatkan sebaik-baiknya. Agar tetap ada interaksi,” katanya.
Taman baca, lanjut Imam, memiliki banyak fasilitas penunjang. Misalnya, buku, saluran internet, sebagian alat peraga, dan yang penting adalah interaksi.
Dia mengungkapkan, ada berbagai upaya yang dilakukan orang tua agar interaksi tidak hilang. Misalnya, dengan mendatangkan guru privat.
”Sejauh ini, yang efektif ya bangun kelompok belajar di kampung. Dan kuncinya di prokes. Semua harus sehat,” lanjutnya.
Baca Juga: BOR Rumah Sakit Kini 50–60 Persen, Wali Kota Ajak Surabaya Bangkit
Dia mencontohkan di Maspati, ada warga yang berprofesi guru. Pendidik itu dapat memfasilitasi anak belajar bersama di taman baca.
Dia mengungkapkan, salah satu yang tetap berjalan selama PPKM meski dengan pembatasan adalah belajar bahasa Inggris. ”Iya, semoga ini langkah untuk mencegah hilangnya tahun ajaran di sekolah,” jelasnya.