Para dokter di Tiongkok dan India menjuluki jahe sebagai ’’obat super’’. Ungkapan itu memang sesuai dengan sifat jahe yang sudah diketahui dalam sistem pengobatan tradisional. Yaitu, tonifikasi (menguatkan) dan uplifting (memperbaiki suasana hati).

JAHE mengandung sekitar 400 jenis zat yang bekerja bersama untuk menimbulkan khasiat, rasa, dan bau yang khas. Kandungan tersebut meliputi vitamin, mineral, dan berbagai zat bioaktif yang terdapat di dalam minyak asiri dan oleoresin. Gingerol dan shogaol yang terdapat dalam oleoresin menyebabkan rasa tajam jahe. Minyak asiri menyebabkan bau spesifik pada jahe.

Secara turun-temurun, jahe dimanfaatkan untuk berbagai keluhan. Mulai nyeri tulang dan persendian, terkilir, nyeri otot, sakit tenggorokan, kram, hipertensi, pikun, demam, penyakit infeksi, asma, gangguan pada gigi, stroke, hingga diabetes.

Jahe yang bernama ilmiah Zingiber officinale dari suku Zingiberaceae itu termasuk tumbuhan menahun dan hidup bergerombol dengan rimpang atau rizoma di bawah tanah. Daunnya berwarna hijau terang.

Beberapa jenis jahe yaitu jahe merah, emprit, dan gajah. Perbedaannya, antara lain, berasal dari rasa dan baunya yang ditentukan oleh banyak sedikitnya kandungan minyak asiri dan oleoresin. Jahe merah terasa lebih tajam jika dibandingkan dengan jahe gajah. Sementara itu, rasa yang paling tajam terdapat pada jahe emprit.

Daerah asal tumbuh tanaman jahe juga sangat menentukan kualitas jahe yang dihasilkan. Jahe asal Pulau Madura dikenal memiliki kualitas prima. Karena itu, pemakaiannya sangat sesuai untuk meningkatkan khasiat, aroma, dan rasa minuman herbal.

Cara Jahe Mengatasi Radang

Salah satu manfaat jahe yang mengundang perhatian peneliti adalah sebagai antiradang. Radang merupakan respons imun alamiah yang terjadi ketika tubuh dalam keadaan stres. Misalnya, stres kerja atau infeksi kuman. Radang terjadi karena sistem imun mengeluarkan protein penyebab radang sebagai upaya mempertahankan diri.

Masalah akan terjadi kalau radang itu berlangsung lama dan berlebihan, yaitu yang disebut radang kronis. Radang kronis itulah yang justru menyebabkan berbagai penyakit, termasuk alergi, asma, dan kanker. Artinya, inflamasi kronis harus diatasi. Dengan apa? Dengan mengonsumsi jahe secara teratur. Misalnya, dengan minum teh jahe, membuat jus jahe, atau mencoba kapsul ekstrak jahe.

Kandungan gingerol, shogaol, dan paradol pada jahe adalah zat alamiah yang bekerja sebagai antiradang dengan cara menghambat produksi sitokin pro inflamatori yang berlebihan pada radang kronis. Sitokin pro inflamatori dihasilkan oleh sel imun untuk menimbulkan radang.

Khusus nyeri pada sendi lutut yang sering dialami seiring bertambahnya usia, jahe dapat membantu mengendalikan radang. Sekaligus bekerja sebagai antioksidan yang membantu mempertahankan kesehatan sel. Mengonsumsi jahe secara rutin yang diikuti latihan untuk memperkuat otot penyangga lutut dan menjaga kelebihan berat badan dapat memperbaiki kesehatan lutut.

Mengobati Gangguan Saluran Cerna

Yang juga menarik adalah kegunaan jahe pada pengobatan diri sendiri di rumah untuk gangguan saluran cerna. Di antaranya, sulit buang air besar, perut kembung, nyeri lambung, rasa tidak enak pada daerah perut bagian atas tengah, mual, muntah, dan tukak lambung.

Kandungan minyak asiri pada jahe membantu mengatasi perut kembung, perut terasa penuh dan kencang, mual, dan muntah. Hasil yang optimal akan didapat dengan cara menghangatkan daerah perut dengan minyak jahe.

Bukti empiris dengan dukungan ilmiah membuktikan khasiat jahe untuk mencegah tukak lambung atau yang disebut luka pada lambung.

Pada percobaan dengan hewan yang dibuat mengalami luka lambung, ternyata diketahui jahe bekerja dengan cara mengatasi radang yang terjadi. Diharapkan informasi itu membuka peluang jahe untuk mengatasi radang lambung yang sering dialami orang yang terlalu banyak mengonsumsi obat antiradang nonsteroid, umpama aspirin.

Sejak 2.500 tahun lalu, di Tiongkok secara luas jahe dipakai sebagai antimuntah dan mengatasi kram otot. Oleh sebab itu, jahe termasuk satu di antara hanya sedikit herbal yang digunakan wanita hamil karena menunjukkan aktivitas untuk mengatasi gangguan yang disebut hyperemesis gravidarium. Itu adalah gangguan yang ditandai mual, muntah yang sangat hebat, bahkan acapkali diikuti dehidrasi. Kondisi tersebut lebih berat dibandingkan morning sickness, yaitu mual dan muntah selama kehamilan. Bagaimanapun, pemakaian pada wanita hamil tetap harus melalui konsultasi dengan dokter yang merawat. (*)

PEMANFAATAN JAHE

Teh Jahe

– Pilih jahe segar, kupas, parut secara memanjang. Siapkan setengah sendok teh parutan jahe segar.

– Masukkan jahe ke dalam cangkir berisi air panas, seduh selama 10–15 menit, lalu saring.

– Tambahkan setengah sendok teh madu, minumlah secangkir sehari dalam keadaan panas atau dingin.

Kompres Jahe

– Jahe segar diparut, tambahkan air panas sedikit demi sedikit secukupnya. Lantas, tuang pada selembar kain yang bersih.

– Kompres di daerah yang luka umpama keseleo.

– Tutup dengan kain yang panas, ganti sesering-seringnya.

Baca Juga: Mengantisipasi Ancaman Lost Generation saat Pandemi Covid-19

Takaran

– Rentang dosis jahe untuk pengobatan cukup luas, yaitu 500–1.000 mg/hari.

– Pemakaian pada ibu hamil, ibu menyusui, dan orang yang mengonsumsi obat pengencer darah disarankan dilakukan melalui konsultasi dokter.

– Pemakaian jahe tidak dimaksudkan untuk mengganti pengobatan dokter.


*) Prof Dr apt Mangestuti Agil MS, Guru Besar dalam Bidang Botani Farmasi dan Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

YouTube: Kanal Kesehatan Prof Mangestuti

By admin