JawaPos.com–Ahli Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo menyatakan, herd immunity atau kekebalan komunal di suatu daerah baru bisa tercapai setelah sebagian besar populasi mendapatkan dua dosis vaksin secara lengkap.
Windhu menjelaskan, antibodi protektif individu hanya terjadi setelah dua dosis lengkap untuk vaksin Covid-19 yang beredar di Indonesia. ”Artinya, herd immunity baru tercapai setelah sebagian besar populasi mendapatkan lengkap dua dosis vaksin,” terang Windhu.
Menurut Windhu, berapa besar coverage (persen populasi) untuk bisa mencapai kekebalan komunal sangat tergantung dari beberapa hal. Di antaranya adalah efikasi, yakni efektivitas vaksin. Makin kecil efektivitas vaksin, makin sulit mencapai kekebalan komunal.
Selanjutnya adalah tingkat penularan virus (Ro=bilangan reproduksi dasar). Dia mengatakan, saat ini, varian delta yang menyebar mempunyai Ro dua kali lebih tinggi daripada varian original. ”Artinya, makin tinggi Ro makin sulit mencapai kekebalan komunal,” tutur Windhu.
Selain itu, lanjut dia, adalah durasi titer antibodi di dalam tubuh pasca vaksinasi dua dosis. Makin cepat titer antibodi turun makin sulit mencapai kekebalan komunal.
”Secara teoritik dari hitungan epidemiologis jika melihat efikasi vaksin dan varian delta yang beredar, untuk Indonesia sangat sulit kekebalan komunal dicapai atau nyaris tidak akan pernah tercapai,” kata Windhu.
Dia mengemukakan, kekebalan komunal buatan melalui vaksinasi secara teoritik tidak akan pernah tercapai di Indonesia. ”Jadi strategi yang harus dilakukan dan yang tidak boleh digantikan oleh strategi lain apa pun adalah tes, lacak, dan isolasi semasif mungkin,” tutur Windhu.
”Pelacakan harus mencapai rasio 1:15 (standar kemenkes), syukur-syukur bisa 1:30 (standar WHO), dan tes bisa mencapai 10–20 kali batas minimum WHO yang 1/1.000 jumlah penduduk per minggu. Di samping itu prokes di masyarakat harus mendekati 100,” tambah dia.
Jika hal itu dilakukan dengan baik, menurut dia, pandemi di Indonesia akan lekas terkendali.