JawaPos.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan digitalisasi dan kearifan lokal menjadi elemen penting dalam pengembangan desa wisata di tanah air. Ia meyakini, digitalisasi desa wisata dapat membawa kearifan lokal ke level baru, dimana digitalisasi akan memberi manfaat positif bagi pengembangan desa wisata.
“Saya yakin dengan pendekatan ini justru desa-desa wisata akan mampu membentengi anak-anak muda kita dari dampak-dampak negatif dari digitalisasi,” kata Sandiaga dalam webinar yang digelar Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Swedia bertajuk ‘Generasi Muda di Era Disrupsi’, Kamis (5/8).
Berdasarkan hasil kunjungannya ke sejumlah daerah, Sandiaga mengatakan, pengaruh digitalisasi tak akan menggerus kearifan lokal yang dimiliki desa-desa wisata.
Ia pun menyebutkan sejumlah contoh. Di antaranya Desa Penglipuran di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, serta Desa Jatiluwih di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Penglipuran adalah desa yang terkenal sebagai desa terbersih di dunia. Sudah lebih dari 10-20 tahun dan sebelum mereka menjadi desa wisata, mereka dikenal sebagai desa adat.
“Jadi adat inilah yang menjadi kekuatan mereka dan karena adat ini menjadi daya tarik wisata. Mereka memiliki komitmen untuk melestarikan adat istiadatnya untuk menjaga kearifan lokalnya,” papar Sandiaga.
Begitu juga dengan Desa Pujon Kidul di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Desa yang terletak di kaki Gunung Kawi itu memiliki sebuah kafe bernama Mewah, akronim dari Mepet Sawah yang menawarkan keindahan alam pegunungan Malang.
Serupa dengan Desa Pujon Kidul, salah satu desa yang juga dikagumi Sandiaga adalah Desa Wisata Taro di Gianyar, Bali. Desa itu memperkenalkan kehidupan pedesaan di tengah pesatnya perkembangan teknologi saat ini. Bahkan, lanjut Sandi, dirinya justru melihat bahwa desa wisata ini adalah champion-champion (pemenang) dari menjaga kearifan lokalnya.
“Kalau kita tidak kembangkan program desa wisata ini, hantaman informasi yang tidak terkurasi akan menggerus desa-desa wisata itu. Saya salut, justru milenial-milenial hadir menjadi pengelola desa wisata yang mampu menjaga kearifan lokalnya dan pemerintah hadir untuk memfasilitasi,” tutup pria yang akrab disapa Mas Menteri itu.