JawaPos.com – Pandemi membuat banyak orang kehilangan pekerjaan. Namun, dalam setahun terakhir, angka pengangguran Indonesia dapat dikurangi. Data per Februari 2021, penganggur yang terdampak kondisi ketenagakerjaan seperti dirumahkan, setengah pengangguran, dan pengangguran mencapai 19 juta orang dari sebelumnya 29 juta per Agustus 2020.
Hal itu diungkapkan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah saat menyambangi Sidoarjo, Kamis (5/8). Ida menghadiri deklarasi gotong royong bersama Kadin Jatim, Apindo Jatim, dan pimpinan konfederasi SP/SB Jatim di Museum Mpu Tantular, Sidoarjo. Deklarasi itu menjadi komitmen bersama untuk mengatasi tantangan ketenagakerjaan di masa pandemi Covid-19.
”Yang dibutuhkan adalah saling bergandengan tangan. Tidak bisa sendiri-sendiri. Beban dipikul bersama. Itu kuncinya,” sarannya.
Itu berlaku di mana saja, termasuk di Sidoarjo. Apalagi, sampai saat ini, bukan pengangguran saja yang menjadi permasalahan. Melainkan juga perusahaan yang tutup maupun pindah.
Di Sidoarjo, angka pengangguran mencapai 10,97 persen dari keseluruhan angkatan kerja. Angka tersebut menjadi yang tertinggi di Jawa Timur. Salah satu pemicunya adalah perusahaan yang hengkang atau pengembangan ke daerah lain. ”Kondisi ini memerlukan solusi bersama agar ketenagakerjaan aman,” kata Wakil Bupati Sidoarjo Subandi.
Subandi menyebut komitmen bersama itu sebagai upaya untuk menyelamatkan kondisi iklim berusaha dan kesehatan di tempat usaha selama pandemi. ”Pemulihan dampak pandemi perlu kebersamaan. Tidak bisa hanya presiden atau bupati, tapi bersama-sama,” ujarnya.
Kepala Disnaker Sidoarjo Fenny Apridawati menyebutkan, sejak 2020, ada 19 perusahaan yang melakukan pengembangan ke daerah lain. ”Ekspansi ke daerah lain. Karena kantornya di sini masih ada,” katanya. Namun, ada 94 perusahaan yang pindah. ”Itu perusahaan menengah ke bawah,” lanjut Fenny. Menurut dia, perpindahan tersebut disebabkan perusahaan punya perhitungan hoki sendiri.
Alasan perpindahan mereka bukan pelayanan di Sidoarjo. Fenny menyatakan, mereka mengaku pelayanan dan perizinan di Sidoarjo bagus. Hanya, ada yang berkeberatan karena upah minimum Kabupaten Sidoarjo. Ada pula alasan lain. Namun, dia menyebut Sidoarjo punya nilai tambah.
”Kita punya keunggulan kualitas SDM,” katanya. Pihaknya juga melakukan banyak pelatihan untuk upgrade skill pekerja. Akses di Sidoarjo juga menjadi nilai tambah.