Basis Data Pembanding Rendah, Ekonomi Tumbuh 7,07 Persen

JawaPos.com – Setelah sembilan bulan, Indonesia akhirnya bisa keluar dari jurang resesi. Itu dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 yang bertengger tinggi di level 7,07 persen. Padahal, pada kuartal I masih terpuruk di angka -0,74 persen.

Raihan 7,07 persen tersebut menjadi yang tertinggi sejak krisis 2008. Kala itu subprime mortgage di AS memicu krisis di berbagai belahan dunia. Tidak terkecuali Indonesia.

Setelah muncul pandemi Covid-19, RI dinyatakan mengalami resesi pada kuartal III 2020. BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 mandek di angka -3,49 persen. Menyusul kuartal sebelumnya yang -5,32 persen. Dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan ekonomi minus menempatkan RI pada resesi.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menjelaskan, pertumbuhan ekonomi RI bisa melompat jauh 7,07 persen dipicu dua faktor. ”Selain pemulihan ekonomi, ada faktor low base effect (rendahnya basis data pembanding) tahun lalu atau turun cukup tajam pada 2020,” jelasnya kemarin (5/8).

Unsur low base sangat berperan dalam mengerek angka pertumbuhan ekonomi 7,07 persen. Sebab, pembanding yang digunakan adalah realisasi sebelumnya di saat ekonomi terpuruk minus.

Low base effect tidak hanya dialami Indonesia. Negara-negara seperti AS juga mengalaminya, yakni tumbuh 12,2 persen, tapi pada kuartal II 2020 -9,1 persen. Singapura melesat hingga 14,3 persen, namun di kuartal yang sama tahun lalu merosot menjadi -13,3 persen.

Selain itu, lanjut Margo, jika dilihat secara pola kuartalan, ekonomi RI pada kuartal II memang selalu bertumbuh lebih baik daripada kuartal I. Jika menilik tren yang terjadi tahun-tahun sebelumnya, kuartal III semestinya akan lebih baik. Namun, itu hanya bisa terjadi jika aktivitas ekonomi juga membaik.

Sebagai pengingat, pada 3 Juli hingga 9 Agustus 2021, pemerintah menerapkan PPKM darurat atau level 4 dan 3. Kebijakan itu tentu memengaruhi dinamika pertumbuhan ekonomi pada kuartal III. ”Seharusnya kuartal III itu membaik kalau pola-polanya membaik. Tapi, kalau (aktivitas ekonomi) terbatas, ya bisa menjadi berbeda,” imbuhnya.

Realisasi 7,07 persen itu sesuai dengan proyeksi pertumbuhan yang dipatok Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. ”Angka 7,07 persen sangat dekat dengan prediksi yang dilakukan Kemenkeu di 7,1 persen. Jadi, kalau dibulatkan sama persis,” ujarnya dalam konferensi pers virtual kemarin.

Ani, sapaan akrab Sri Mulyani, memastikan bahwa seluruh mesin pendorong ekonomi telah pulih. Secara umum, arah pemulihan ekonomi berada di jalur yang benar. Itu tidak lepas dari ekspansi fiskal pemerintah melalui APBN. ”Jadi, pemerintah menjadi satu-satunya faktor yang coba menarik faktor ekonomi sendiri. Tentu tidak akan bisa membuahkan hasil yang optimal sehingga kuartal II ini seluruh mesin pertumbuhan sekarang sudah pulih kembali,” paparnya.

Mesin-mesin pertumbuhan itu, antara lain, konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,93 persen; LNPRT tumbuh 4,12 persen; dan belanja pemerintah tumbuh 8,06 persen. Kemudian, investasi/PMTB tumbuh 7,54 persen; ekspor tumbuh 31,78 persen; dan impor tumbuh 31,22 persen.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menambahkan, industri manufaktur ikut memberikan peran signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi 1,35 persen. Lima sektor industri manufaktur dengan pertumbuhan sangat besar adalah industri alat angkutan, industri logam dasar, industri mesin dan perlengkapan, industri karet barang dari karet dan plastik, serta industri kimia farmasi dan obat tradisional. ”Kementerian Perindustrian memprediksi, pada kuartal III 2021 pertumbuhan manufaktur akan berkisar 3–4 persen dan kuartal IV 2021 akan mencapai 4–5 persen,” tegasnya.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, pertumbuhan tersebut ditopang beberapa komponen. Salah satunya konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,93 persen.

Lutfi menambahkan, sektor lain yang tumbuh adalah akomodasi dan makanan-minuman yang mencapai 21,58 persen serta sektor perdagangan, termasuk ritel, yang tumbuh 9,44 persen. Sektor industri pengolahan juga tumbuh 6,58 persen. ”Harapan tersebut juga semakin baik karena indeks kepercayaan konsumen pada Mei dan Juni 2021 sudah tumbuh 107 poin. Artinya, kepercayaan indeks konsumen ini sangat baik dan sangat menguat,” tegasnya.

Di sisi lain, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyatakan, capaian PDB kuartal II 2021 merupakan sinyal positif perbaikan ekonomi nasional. Khususnya selama periode April–Juni. ”Sentimen ini juga direspons positif indeks harga saham gabungan (IHSG) yang finis di level 6.205,42 pada penutupan perdagangan hari ini (kemarin, Red),” paparnya.

Kebijakan stimulus di sektor properti dan kendaraan bermotor, lanjut dia, mempunyai multiplier effect tinggi mendorong konsumsi rumah tangga.

Proyeksi

Menkeu Sri Mulyani memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III melambat. Ekonomi diramal tetap berada di jalur positif meski tak setinggi kuartal II. ”Kita masih berharap antara range 3,7 persen dengan 4,0 persen untuk kuartal III 2021. Ini sebuah tantangan karena kita hanya bisa melakukan pada upper end apabila (varian) Delta bisa dikendalikan dan mobilitas serta kegiatan ekonomi mulai berjalan secara normal kembali,” jelas Ani.

Baca juga: Ajak Masyarakat Bangkit, Jokowi: Kita Telah Lewati Masa Tersulit

Senada, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, meski pada kuartal III ada tekanan, dirinya masih yakin pertumbuhan ekonomi kuartal IV kembali naik. Dengan perkiraan itu, Airlangga optimistis pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun bisa mencapai angka 3,7–4,5 persen. ”Pemerintah melihat kuartal IV adalah potensi untuk membalikkan keadaan kembali. Karena kita punya tabungan 7,07 di kuartal II, diharapkan angka 3,7–4,5 YoY di akhir tahun bisa tercapai,” katanya.

Sementara itu, ekonom senior sekaligus mantan Menkeu Chatib Basri memandang, PPKM level 4 akan membawa dampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal III. ”Ada satu variabel yang tidak bisa kita prediksi, yaitu pandemi. Jadi, (pertumbuhan ekonomi) ini akan sangat tergantung. Kalau varian mutan terjadi, mau tidak mau pemerintah di mana pun harus mengetatkan lagi mobilitas,” jelasnya.

By admin