JawaPos.com – Menjabat sebagai komandan korem tidak membuat semangat belajar Brigjen TNI Ronny berkurang. Jenderal bintang satu itu malah berhasil mempertahankan disertasinya dalam sidang terbuka promosi doktor di Universitas Indonesia (UI).
Dalam disertasinya, Brigjen Ronny yang menjabat Komandan Korem (Danrem) 121/Alambhana Wanawai (Abw), Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) itu menyatakan bahwa kejahatan transnasional terorisme yang masih terjadi. Saat ini pencegahan terorisme yang dilakukan pemerintah masih mengedepankan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Menurut Ronny perlunya optimalisasi struktural dan kultural kelembagaan untuk mencegah warga negara bergabung dalam kegiatan terorisme atau Foreign Terrorist Fighters (FTFs). Maka dari itu, perlu pemberian peran sesuai fungsi pertahanan kepada TNI dalam penanganan terorisme.
“Misalnya dalam mencegah cross border terrorism di wilayah perbatasan negara melalui peran dan fungsi Pamtas dan peranan Babinsa sebagai human intelligence dalam pendeteksian dini untuk pencegahan aksi terorisme,” kata Ronny dalam sidang promosi doktor yang digelar secara virtual pada Selasa (3/8).
Dalam penelitian Ronny, setidaknya terdapat empat faktor yang memicu warga negara menjadi kombatan teroris asing atau FTF. Yakninya, adanya ideolog yang berpengaruh mengindoktrinasi, adanya wilayah konflik bersenjata yang diciptakan, pengawasan dari negara yang lemah, dan rekrutmen melalui media internet.
Baca juga: Koopssus TNI Tidak Tumpang-tindih dengan Densus
Dia berharap kehadiran BNPT secara kelembagaan melakukan koordinasi di wilayah perbatasan negara, seperti di PLBN Entikong dan PLBN Aruk, Kalimantan Barat. Di sana terdapat banyak ruang masuk ilegal yang bisa saja disusupi jaringan terorisme. “Terorisme adalah bagian perang hibrida yang multidimensional.”
Menurut perspektif kriminologi, adanya warga negara yang terlibat terorisme karena adanya ikatan sosial yang melemah di tengah masyarakat.