JawaPos.com – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali menyoroti soal kurikulum pendidikan yang diberikan kepada para atlet muda yang masih bersekolah. Ia berharap ada pembedaan dengan siswa reguler.
Contohnya adalah, sekolah khusus olahraga (SKO) Ragunan, Jakarta Selatan yang masih menggunakan kurikulum nasional dalam pembelajarannya. Padahal treatment yang diberikan harusnya berbeda.
“Kalau seperti ini, bisa dibayangkan jika ada ujian sekolah dan pertandingan yang bersamaan waktunya. Ini bisa jadi yang satu jeblok (nilai) dan satu anjlok (bertanding), makanya butuh kurikulum sendiri khusus untuk atlet,” ujar Zainudin dalam telekonferensi pers, Kamis (5/8).
Selain itu, ia menilai bahwa prestasi di bidang olahraga dapat dikonversi untuk akademik. Seperti yang dialami oleh Cokorda Rai Adi Pramartha yang meraih gelar doktor di universitas Australia.
“Sudah seharusnya prestasi di bidang olahraga bola basket dikonversi oleh perguruan tinggi, sehingga dia bisa mendapat gelar doktor,” tuturnya.
Adapun terkait dengan rekrutmen para atlet, pihaknya juga bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang memiliki akses ke setiap daerah atau sekolah yang menjadi sumber lahirnya atlet unggul.
“Kita juga memantau lewat big data Telkom, seperti butuh anak tinggi di mana adanya, kita sudah kerjasama,” tambahnya.
“Nanti Kementerian BUMN akan mencari perusahaan-perusahaan di BUMN yang bagus untuk menjadi bapak angkat bagi cabor-cabor unggulan ini sehingga pembinaan berkesinambungan dan terus menerus,” tandas Menpora.