JawaPos.com – Istana melakukan pengecatan Pesawat Kepresidenan dari semula biru-putih, kini menjadi merah-putih. Pengecatan ini pun menuai sorotan lantaran menghabiskan anggaran sebesar Rp 2 miliar.
Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Fadli Zon, menilai Istana tidak memiliki empati dengan kondisi masyarakat yang sedang kesulitan akibat pandemi Covid-19 ini.
“Menurut saya menunjukkan perasaan yang tak sensitif dan kurang empati gitu. Di tengah banyak persoalan lain yang prioritas kenapa harus mengecat Pesawat Kepresidenan,” ujar Fadli kepada wartawan, Rabu (4/8).
Oleh sebab itu, Anggota Komisi I DPR ini menilai pemerintah telah menghabur-hamburkan uang negara saja. Padahal masih banyak kebutuhan yang lebih menjadi prioritas ketimbang melakukan perubahan warna Pesawat Kepresidenan.
“Tidak ada empati dan penghamburan uang negara dan tujuannya juga tak jelas. Kalau dilihat tidak ada urgensinya dan ada prioritas yang lain tengah kita juga lagi masih banyak utang,” katanya.
Bahkan Fadli menilai anggaran yang menghabiskan Rp 2 miliar tersebut bisa dialihkan ke hal-hal yang lebih bermanfaat misalnya membantu masyarakat atau membeli mobil ambulans. Hal ini menjadi penting di tengah angka Covid-19 yang terus bertambah.
“Bagi nakes kah, bagi warga yang terdampak kah, atau yang semacam itu. Misalnya pengadaan ambulans. Coba bayangkan misalnya kalau Rp 2 milar sudah dijadikan ambulans sudah berapa ambulans itu,” ungkapnya.
Sebelumnya, Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono membenarkan bahwa Pesawat Kepresidenan telah dicat ulang yang sebelumnya berwarta biru dan putih. Kini diubah menjadi warna merah dan putih.
Heru menjelaskan, pengecatan Pesawat Kepresidenan tersebut sudah diwacanakan pada 2019 silam untuk menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-75 pada 2020.
Heru membantah bahwa pengecatan Pesawat Kepresidenan merupakan bentuk foya-foya keuangan negara. Sebab kata dia, pengecatan Pesawat Kepresidenan tersebut sudah direncanakan 2019 silam. Terlebih sudah dialokasikan dalam APBN.
Oleh sebab itu, Heru berujar bahwa pengecetan Pesawat Kepresidenan tersebut tidak mengganggu anggaran pemerintah terhadap penanganan pandemi Covid-19 di dalam negeri.
Sekadar informasi, pada 2012 silam Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memutuskan membeli pesawat kepresidenan. SBY beralasan, pembelian pesawat kepresidenan adalah bentuk efisiensi anggaran jangka panjang.
Menurut mantan Ketua Umum Partai Demokrat tersebut, pemerintah juga kerepotan karena ongkos menyewa pesawat Garuda Indonesia lebih mahal ketimbang memakai pesawat sendiri.