JawaPos.com–Sebanyak 1.067 warga Surabaya masih menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Pemkot Surabaya sudah meminta mereka untuk pindah dari rumah masing-masing menuju rumah sehat yang disediakan.
”Isoter (Isolasi terpusat) memudahkan tenaga kesehatan untuk mengetahui kondisi warga yang terpapar. Kami merayu mereka supaya mau pindah ke tempat-tempat isoter yang sudah disiapkan Pemkot Surabaya,” ujar Kabag Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara pada Rabu (4/8).
Hingga hari ini (4/8), sudah ada 428 warga yang berhasil dipindahkan ke rumah sehat. Rumah sehat merupakan program Pemkot Surabaya dengan menyiapkan sekolah atau tempat khusus di tiap kelurahan sebagai tempat isolasi bagi warga kelurahan tersebut.
”Sudah ada 428 yang akhirnya pindah. Memberikan pengertian memang nggak mudah. Tapi kami beri pengertian terus,” beber Febriadhitya Prajatara.
Mantan Kasatpol PP itu mengakui, banyak warga yang menolak pindah. Padahal, Pemkot Surabaya sudah meminta warga tidak melakukan isolasi mandiri di rumah. Sebab, tidak ada pemantauan yang bisa dilakukan tenaga kesehatan.
”Apalagi bila kondisi tidak memadai. Kami khawatir akan membuat kalster keluarga atau klaster kampung,” jelas Febriadhitya Prajatara.
Menurut dia, faktor penolakan justru paling banyak datang dari keluarga pasien. Mayoritas menolak untuk memasuki rumah sehat atu Hotel Asrama Hajia yang disiapkan. ”Ada banyak alasannya. Misalnya karena takut nggak nyaman,” ujar Febriadhitya Prajatara.
Dari 428 warga yang dirayu itu, mayoritas merupakan warga dari Kecamatan Gubeng. Selain HAH dan rumah sehat di tiap kelurahan, Pemkot Surabaya juga menyiapkan hotel bila dua tempat itu penuh.
”Ada 67 warga yang dirawat di hotel. Di HAH ada 604 orang. Masih kosong 296 kamar,” terang Febriadhitya Prajatara.