JawaPos.com – Asesmen Nasional (AN) yang akan dilakukan September mendatang memakan anggaran Rp 1,4 triliun. Pelaksanaan AN pun dirasa kurang tepat dilakukan di masa pandemi ini.
Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Iman Zanatul Haeri menuturkan dana AN sebaiknya dialokasikan bagi kebutuhan mendasar pendidikan.
“Terutama di masa pandemi Covid-19 seperti ini. Lebih baik anggaran sebesar ini direalokasikan untuk membantu PJJ berkualitas dan mengurangi ketimpangan digital di banyak daerah. Anggaran digelontorkan sangat fantastis, untuk program AN yang tidak mendesak dilakukan di masa pandemi,” terang dia dikutip, Rabu (4/8).
Adapun tujuan AN adalah untuk memotret kualitas pendidikan nasional, termasuk di dalamnya ekosistem sekolah. Namun, sebenarnya Kemendikbudristek sendiri pun sudah mempunyai data tersebut.
Melalui rapor internasional PISA, menunjukkan jika kompetensi siswa Indonesia sangat rendah dalam tiga aspek, yaitu literasi, numerasi, dan sains. Indonesia di bawah rata-rata skor negara OECD (organisasi kerjasama dan pembangunan ekonomi), bahkan masuk ranking lima dari bawah.
Demikian pula hasil rapor nasional seperti dalam Asesmen Kompetensi Minimum Indonesia (AKSI) atau Indonesia National Assessment Programme, skor siswa kita untuk literasi, matematika dan sains juga masih di bawah rata-rata alias rendah.
Jika AN tetap dipaksakan di masa pandemi ini, hasilnya juga akan berpotensi sama dengan hasil AKSI dan PISA sebelumnya. Bahkan bisa lebih buruk lagi. “Wajar saja, sebab kondisi pembelajaran siswa masih sangat terkendala banyak keterbatasan selama PJJ,” pungkasnya.