JawaPos.com–Sudah hampir seminggu Rumah Sehat atau tempat isolasi per kelurahan didirikan di Surabaya. Rumah sehat itu didirikan dan dikelola Pemerintah Kota Surabaya sebagai tempat merawat pasien Covid-19 tanpa gejala (OTG) di masing-masing kelurahan.
Dari total 138 rumah sehat di tiap kelurahan, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan, rumah sehat baru terisi beberapa warga saja.
”Nggak semua orang sakit Covid-19 dirawat di kelurahan atau rumah sehat. Di sana (rumah sehat) cuma pasien orang tanpa gejala (OTG). Kalau ada gejala sedikit misalnya batuk atau pilek, langsung dibawa ke Hotel Asrama Haji (HAH) atau Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT),” beber Eri pada Selasa (3/8).
Dia berharap agar pasien yang memiliki gejala ringan dapat langsung dipisahkan dari keluarga supaya tidak menulari anggota keluarga lain.
”Sudah ditempati, ada yang tiga orang, ada yang lima orang, ada yang 10. Jadi gini, ada yang gejala ringan dari setiap rumah, kita ajak masuk ke rumah sehat,” terang Eri.
Dia menjelaskan, untuk warga yang memiliki gejala sedang, Pemkot Surabaya akan langsung merujuk ke Hotel Asrama Haji (HAH). Sedangkan, bagi warga yang memiliki gejala yang lebih berat, akan dilarikan ke rumah sakit maupun rumah sakit darurat yang didirikan Pemkot Surabaya. Seperti, Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) dan Rumah Sakit Indoor GOR Gelora Bung Tomo (RSGBT).
”Kalau sudah kelihatan gejala pilek (flu) begitu langsung ke HAH. Lebih berat dari pilek, kita tempatkan di RSLT dan RSGBT. Jadi, yang di rumah sehat itu benar-benar hanya untuk OTG,” kata Eri.
Alumnus SMAN 21 Surabaya itu mengaku pernah mendapat laporan ada warga yang awalnya tidak memiliki gejala dan dirawat di rumah sehat, selang beberapa hari, warga tersebut menunjukkan gejala pilek (flu). Warga tersebut langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
”Kemarin ada yang ringan sudah di sana (rumah sehat), ternyata beberapa hari ketok sedino pilek (kelihatan sehari flu), kita bawa langsung ke HAH atau dimasukkan ke RS,” ucap Eri.
Dia mengaku bersyukur atas penerimaan warga atas didirikannya rumah sehat itu. Menurut dia, warga hanya perlu diberikan pemahaman lebih terkait fungsi dari rumah sehat tersebut. Setelah diberikan pemahaman, warga yang awalnya menolak, secara suka rela bekerja bakti menyiapkan rumah sehat.
”Setelah disampaikan, bertemu dengan mereka, ya mereka mau, malah kerja bakti. Memang masih ada wilayah yang belum, itu berarti kita harus terus memberikan pemahaman kepada mereka,” tutur Eri.
Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu menambahkan, seluruh fasilitas di rumah sehat merupakan tanggung jawab Pemkot Surabaya. Ketersediaan fasilitas mulai dari tempat tidur, obat-obatan, vitamin, dan makanan untuk warga merupakan kewajiban pemkot.
”Rumah sehat kan sebenarnya punya pemerintah. Jadi bed, obat, vitamin, dan makannya ditanggung pemkot,” papar Eri.