JawaPos.com – Tertular Covid-19 varian Delta memang sedikit berbeda gejalanya dengan varian Alfa, virus aslinya. Jika kehilangan penciuman menjadi gejala khas varian Alfa atau virus Korona asli, tak demikian dengan Covid-19 Delta.
Bahaya varian Delta bergantung pada penularan, karena tingkat keparahan gejala dan peningkatan rawat inap akibat varian baru masih dalam penelitian. Seperti strain Alfa, varian Delta Covid-19 menyebabkan pasien dengan gejala umum, termasuk sakit tenggorokan, pilek, sakit kepala, dan demam. Namun, batuk dan kehilangan penciuman bukan jadi gejala umum.
Otoritas kesehatan masyarakat di setiap negara tidak berhenti melakukan inisiatif untuk memerangi dan meredakan pandemi. Selain protokol kesehatan dan vaksinasi, petugas juga mewaspadai lonjakan varian Delta Covid-19. Pembatasan yang diperketat bahkan diterapkan kembali.
Studi terbaru dari varian Delta menunjukkan peningkatan 40-60 persen daripada strain alfa SARS-CoV-2 asli di Wuhan. Seseorang di dalam tubuhnya bisa memiliki jumlah virus atau viral load 1.000 lebih tinggi dari versi asli. Sehingga, kondisi itu membuat jumlah partikel virus dalam tubuh orang yang terdiagnosis menjadi sangat banyak, terutama di saluran udara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggapnya sebagai varian virus Korona ‘tercepat dan terkuat’ sepanjang pandemi.
Vaksin masih menjadi perlindungan terbaik terhadap varian Covid-19, seperti dilansir NPR. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet menunjukkan bahwa rawat inap dua kali lebih mungkin untuk orang yang tidak divaksinasi dibandingkan dengan orang dengan dosis lengkap.
Hanya 4 Hari Bisa Rasakan Gejala
Inkubasi varian Delta memakan waktu hingga empat hari, lebih singkat dibandingkan varian aslinya. Varian asli dapat menyebar hingga tiga orang per hari, tetapi varian Delta memiliki tingkat infeksi yang lebih tinggi hingga enam orang per hari.
Mutasi SARS-CoV-2 ke varian delta diamati melalui protein lonjakan virus. Berdasarkan studi komprehensif yang disebutkan USA Today, varian Delta memiliki mutasi spike yang benar-benar berbeda dibandingkan dengan tiga mutasi pertama Covid-19. Meski begitu, para ahli masih berharap agar orang-orang mau mendapatkan vaksinasi, karena itu adalah satu-satunya perlindungan yang kita miliki saat ini terhadap protein lonjakan bermutasi dari varian Delta Covid-19.