JawaPos.com–Pemerintah Daerah Istimewa Jogjakarta mencatat jumlah kasus kematian pasien Covid-19 mencapai 3.122 kasus selama Juli. Angka itu enam kali lipat dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 525 kasus.
Sekretaris Daerah (Sekda) DI Jogjakarta Kadarmanta Baskara Aji seperti dilansir dari Antara di Kompleks Kepatihan, Jogjakarta mengatakan, berdasar data penanganan jenazah pasien Covid-19 selama Juli rata-rata sebanyak 101 kasus setiap hari.
”Peningkatan paling tinggi terjadi pada Juli dengan peningkatan hampir enam kali lipat dari 525 kasus pada Juni,” kata Sekda Kadarmanta Baskara Aji.
Berdasar lokasi penjemputan, menurut dia, jenazah pasien Covid-19 di rumah sakit rujukan mencapai 2.034 pada Juli atau mengalami peningkatan enam kali lipat dibandingkan Juni. Sedangkan penjemputan jenazah dari rumah duka pasien isoman meningkat 19 kali lipat yaitu 42 pada Juni meningkat menjadi 781 pada Juli.
”Kematian ini disumbangkan dua sumber. Yang pertama adalah yang sudah ada di rumah sakit dan yang kedua yang isoman. Sebagian besar perjalanan dari rumah ke rumah sakit meninggal, itu bagian dari isoman,” terang Kadarmanta Baskara Aji.
Untuk menekan kasus kematian, menurut Aji, Pemda DI Jogjakarta meminta seluruh pasien Covid-19 dengan gejala melakukan isolasi di selter secara terpusat. Sehingga, mereka mendapatkan pengawasan tenaga kesehatan secara intensif.
”Kalau memang di isolasi terpusat memberat sakitnya, nakes isolasi terpusat merekomendasikannya ke rumah sakit,” ujar Kadarmanta Baskara Aji.
Selain itu, Pemda DI Jogjakarta juga telah merekrut 100 orang nakes yang bertugas khusus terjun ke lapangan memantau orang tanpa gejala (OTG) yang memilih isolasi mandiri di rumah. Mereka akan mengunjungi ke rumah-rumah atau melakukan telemedicine supaya bisa memantau keberadaan atau kondisi yang isoman sehingga tidak terlambat menangani.
”Kalau ada saturasi yang menurun bisa segera ditangani teman-teman di lapangan,” kata Kadarmanta Baskara Aji.
Wakil Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Jogjakarta Indrayanto mengusulkan, seluruh warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 baik bergejala maupun tidak bergejala menjalani isolasi secara terpusat di selter yang telah disediakan pemerintah daerah. Dia menduga tingginya angka kematian pasien isoman karena akses layanan kesehatan yang minim saat di rumah.
”Kami usulkan semua pasien isoman masuk selter untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Di selter layanan kesehatan, kontrol vitamin, gizi, permakanan sampai aktivitas yang membantu pasien secara psikologi bisa teragendakan dengan baik,” ujar Indrayanto.